Lestarikan Budaya Sunda, Anak-Anak TK Alphabet Mainkan Kaulinan Tradisional di Situ Gede

Lestarikan Budaya Sunda, Anak-Anak TK Alphabet Mainkan Kaulinan Tradisional di Situ Gede

Endog-endogan salah satu kaulinan tradisional yang harus dilestarikan.-Foto:istimewa-

KOTA TASIK, RADARTASIK.COM - Kota Tasikmalaya punya ciri khas yang namanya Kamis Nyunda, artinya setiap hari Kamis harus menggunakan bahasa Sunda, kemudian berpakaian khas Sunda serta juga melestarikan budaya Sunda.

Nah, ternyata anak-anak di TK Alphabet Kota Tasikmalaya juga punya aktivitas Kamis Nyunda. Untuk Kamis 23 Februari 2023, anak-anak ini bermatian kaulinan tradisional Sunda di Situ Gede.

Kepala Sekolah TK Alphabet Kota Tasikmalaya, H. Maulana Asmara S.Pd menuturkan, kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan berbagai budaya Sunda, salah satunya berbagai macam permainan tradisional yang sudah jarang dimainkan anak-anak sama sekarang.

“Peserta didik diajak untuk main pecle, oray-orayan, endog-endogen dan permainan lainnya,” tutur H. Maulana.

BACA JUGA:Waspada Angin Kencang Masih Terjadi Hingga Akhir Maret, Banyak Nelayan Tasikmalaya Berhenti Melaut

Saat bermain anak-anak terlihat ceria sekali. Mereka begitu berantusias mengikuti setiap permainan. Selain mengikuti permainan tradisional Sunda, anak-anak pun tampil dengan berbagai kreasi seni Sunda seperti main angklung, jaipongan, juga kreasi musik dogdog.

Bahkan yang ikut tidak hanya anak-anak saja, par orang tua pun terlihat asyik dan semringah menyiapkan penampilan putra putrinya, hal tersebut sebagai bentuk kepedulian untuk sama-sama melestarikan budaya Sunda.

“Kami berharap edukasi ini tidak hanya menjadi budaya positif bgi anak-anak saja, tapi juga bagi keluarga,” tambahnya.

Jumlah anak-anak yang ikut dalam kegiatan permainan tradisional ada 92 anak yag dipandu oleh Komunitas Icikibung.

BACA JUGA:Ada yang Pernah Bikin PUDING IKAN? Gimana Rasanya Ya? Ini Dia Resep Lengkapnya

Mamih Kalo, salah seorang perwakilan orang tua, sangat antusias dan berterima kasih karena selama ini anak-anak lebih mengenal mainan gadget, sehingga anak-anak lebih individual. Tapi melalui permaianan tradisional anak-anak dilatih untuk bisa bekerjasama.

“Kalau bukan anak-anak kita, siapa lagi yang akan melestarikan warisan budaya Sunda seperti permaianan tradisional,” ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: