Gunung Poso
Momen ketika Farid Makruf dan Kapolda Sulteng saat itu Irjen Abdul Rakhman Baso terlibat dalam operasi terorisme di Sulteng.-disway.id-
Lagarenze 1301
Wartawan sakti? Tidak bisa ditilang? Belum tentu. Sekalipun dia jago bikin lead. Ini cerita seorang teman. Tempo dulu. Dia bukan wartawan, dia hanya staf yang tugasnya mengumpulkan berita wartawan (yang sudah diedit oleh redaktur pakai mesin ketik), lalu mengetiknya ke komputer set. Hasilnya keluar berupa cetakan berbentuk kolom koran. Cetakan itulah yang digunting lalu ditempel di kertas layout koran. Selain sebagai setter, dia juga berperan mengoreksi berita jika ada salah ketik. Hanya salah ketik. Suatu malam setelah proses produksi, dia beriringan motor dengan seorang wartawan yang dikenal jago membuat dan mengolah berita. Di tengah perjalanan, ada razia. Mereka dihentikan polisi. Keduanya tak punya SIM. Mereka pun menyebut nama korannya agar bisa lolos dari tilang. "Kamu kerja sebagai apa di koranmu?" tanya polisi. "Saya wartawan, yang membuat berita," jawab si wartawan. "Kamu?" tanya polisi ke si staf. "Saya korektor," jawabnya. "Apa tugas korektor?" "Saya mengoreksi berita dari wartawan," ujarnya. Akhir cerita, si wartawan kena tilang sedangkan si staf diloloskan karena dianggap orang penting dan atasannya wartawan.
aku rama
Habis baca komentar CHD, scroll ke bawah nyari artikel menarik. Terluhat judul. "Intip 20 Contoh Soal Tes CAT PPS Pemilu 2024, Tersedia Bocoran Jawabannya". Begitu diklik, keluarnya: "DAFTAR SLOT GACOR HARI INI.... blablabla.." Mataku terasa ternoda.
Dodik Wiratmojo
Wah waktu smp sering nulis di telapak tangan atau di balik baju bawah.. Lead contekan.. Fungsinya sama : biar ga lupa
Saifudin Rohmaqèŕqqqààt
Suatu hari saya ditanya, bagaimana penjualan tiket kereta di senen? Saya pun menjawab sekenanya pada teman saya. Yang melayani tiket, mbak nyi cantiiik sekali. Itu menurut mata saya. Ternyata diam diam, teman saya yg bapak bapak, menyempatkan waktu untuk ke loket kereta di senen. Sekedar ingin melihat sebuah lead yg berbunyi" Mbak nyi cantiiik sekali". Itu saja. Sekian.
EVMF
Pak Pry, setahu saya ada berbagai jenis lead, seperti : Summary Lead Single-Item Lead Delayed Identification Lead Creative Lead Short Sentence Lead Analogy Lead sepertinya "creative lead" yang dipakai Abah DI di dalam CHDI hari ini. (the purpose of the creative lead is to capture the interest of readers where a summary lead might not).
Pryadi Satriana
Dahlan ora pati pinter, tulisané ora pati nggenah! Judul "Sobekan Lead", artinya "bagian dari 'Lead' setelah dirobek." 'Lead'-nya: "JANGAN besar karena jabatan. Besarkanlah jabatan." Itu kutipan perkataan Pangdam Makruf. Isinya filosofis. Tentang jabatan. Akan nyambung dg 'lead' kalo judulnya: "Filosofi Jabatan." 'Lead' dan isi tulisan jg gak nyambung. 'Lead'-nya bagus. Pandangan filosofis Pangdam Makruf tentang jabatan yg memang 'quotable', pantas dikutip. Tapi isinya gak nyambung. Kisah tentang seorang bangkotan yg 'kebingungan' karena 'corat-coret' hasil wawancara dg Sang Pangdam yg jadi 'draft' awal tulisannya 'hilang'. Isinya nyampur jg dg prinsip2 tulisan jurnalistik. Oh ya, Dahlan bilang bahwa "Mencari kalimat pembuka, adalah salah satu bagian tersulit dalam menulis." Ada beberapa kesalahan. Pertama, ndhak pake koma. Kedua, 'salah satu bagian' mengindikasi 'lebih dari satu bagian', dan gak nyambung dg 'tersulit', paling sulit, berarti 'hanya satu'. Ketiga, yg paling sulit dalam menulis adalah 'ide' atau 'gagasan': APA yg akan ditulis (WHAT to write). Kristalisasi dari 'topik' (WHAT to write) adalah 'judul' (WHAT the writing IS ABOUT). Yg selanjutnya mengikuti: data apa yg diperlukan, ke mana mencarinya, siapa yg perlu diwawancarai, dsb. Bagi orang kayak saya, 'lead' itu 'perkara mudah' (kata2 saya ini serius!). Tinggal menyesuaikan dg jenis wacana (deskriptif, argumentatif, persuasif, dsb.). Kalau Dahlan kesulitan, saya maklum. S-1 aja gak tamat! Dah gitu aja. Salam.
Komentator Spesialis
Saya tertarik dengan komentar Pak Mirza dibawah, bahwa kemampuan menulis berbanding lurus dengan intensnya habit membaca. Saya sangat setuju teori ini. Dari pengalaman pribadi, saya orang yang paling gerah membaca buku. Dalam artian buku yang sifatnya thematik. Tapi, kalau buku pelajaran atau kuliah saya jago. Saya orang yang punya prinsip berpikir : Think Smart. Contohnya buku petunjuk mengoperasikan mesin. Saya biarkan teman baca dulu manualnya sampai tuntas. Giliran saya. Ogah baca. Pakai cara smart. Tanya saja ke teman yang sudah baca tadi. Hitungan menit case close, wkwkwk...
Lukman bin Saleh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: