UPI Tasik Lestarikan Permainan Tradisional, Berikan Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter untuk Guru SD
Peserta pelatihan mengikuti permainan tradisional egrang saat mengikuti pelatihan di UPI Tasikmalaya.-Foto:dok.radartasikmalaya-
KOTA TASIK, RADARTASIK.COM - Sebagai bentuk konsentrasi terhadap pendidikan di Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melalui tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM) mengadakan pelatihan pendidikan karakter berbasis permainan tradisional kepada guru-guru kelas dan guru pendidikan jasmani di SD.
Pelatihan yang dilaksanakan di kampus UPI Tasikmalaya Jalan Dadaha Nomor 18 Kota Tasikmalaya itu diikuti oleh 20 orang guru dan 10 orang mahasiswa yang tergabung dalam tim pelaksana pengabdian. Kegiatan dipimpin secara langsung oleh Prof Dr H Nandang Rusmana MPd, Dr Lutfi Nur MPd MM sebagai tim narasumber dari kegiatan pelatihan ini.
Pelatihan dilaksanakan secara dua sesi utama yakni sesi pertama adalah sesi pemaparan teoritis dengan pemantapan terhadap latar belakang, kondisi, dan solusi terkait isu yang sedang menjadi kajian utama pelatihan. Kemudian, sesi kedua dilanjutkan dengan sesi pelatihan secara praktik.
Prof Dr H Nandang Rusmana mengatakan, sistem pelatihan dilakukan secara atraktif dan menarik kepada seluruh peserta, sehingga peserta mampu melakukan secara bertahap setiap sesi permainan tradisional yang dilaksakan.
BACA JUGA:Wakil Bupati Ciamis Ajarkan Anak Peduli Sampah
Permainan tradisional yang dilatihkan dengan metode sokratik disetting seperti pos-pos penjelajahan. Dimana setiap pos terdiri dari satu permainan tradisional. Mulai dari egrang batok, egrang bambu, bakiak kelompok, balap karung, boy-boyan, gatrik, engklek atau sondah, lari balok dan lain-lain.
Metode yang berbeda dari sekadar pelatihan pendidikan karakter dengan permainan tradisional ini yakni berbasis metode sokratik yang memfokuskan pada keterampilan pendidik sebagai pengamat, penolong, pemandu bukan pemberi pengetahuan dengan fakta dan kebenaran absolut, hafalan, tetapi guru membimbing siswa dengan dialog bersama antara siswa dan guru di mana keduanya bertanggung jawab untuk mendorong dialog ke depan melalui pertanyaan.
Prof Dr Nandang Rusmana menjelaskan dalam pelaksanaannya pengajaran metode sokratik berbasis permainan tradisional menggunakan empat langkah kegiatan inti, yaitu Eksperientasi (Experience), Identifikasi (Identify), Analisis (Analize) dan Generalisasi (Generalize).
Fase Eksperientasi atau disebut juga fase action adalah fase di mana guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang diarahkan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mengekspresikan gerak mereka yang mengarah pada karakter yang yang ada pada masing-masing permianan sesuai dengan skenario yang telah ditetapkan sebelumnya.
BACA JUGA:Kata Sri Mulyani soal Pelemahan Rupiah: Makin Kuat USD Berarti Lawannya Melemah
Fase Identifikasi adalah fase di mana guru melaksanakan proses identifikasi dan refleksi pengalaman selama proses pembelajaran. Pada fase ini siswa atau anggota kelompok diminta untuk bercermin atau melihat (look) ke dalam dirinya apa kaitan antara proses permainan dengan karakter atau sikap yang harusnya muncul.
Pada tahap ini siswa diajak untuk mengungkapkan pikiran, perasaan yang terkait dengan proses eksperientasi. Pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh siswa merepresentasikan kondisi psikologis dan permasalahan yang dihadapinya.
Fase Analisis (analyze) adalah fase di mana siswa diajak untuk merefleksikan (reflection) dan memikirkan (think) kaitan antara permainan dengan kondisi perasaan yang dialaminya. Sehingga dapat digunakan untuk membuat rencana perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan diri.
Fase Generalisasi (Generalitation) adalah fase di mana siswa diajak untuk membuat rencana (plan) perbaikan terhadap kelemahan yang dihadapi oleh siswa. Rencana perbaikan dapat diwujudkan pada permainan lain atau pembelajaran berikutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: