Putusan Otak
Donald Trump.-Instagram-
yea aina
Soal kekhasan muslim di Indonesia, dinarasikan secara ilmiah oleh Prof Azra, hingga menjadi rujukan ilmuan barat. islam Nusantara versi Prof Azra, jangan disamakan dengan Islam Nusantara yang akhir-akhir ini diwacanakan. Sebab sebuah karya ilmiah steril dari muatan kepentingan, entah itu jabatan apalagi uang. Prof Azra hanya menjelaskan BAGAIMANA sejarah dan sikap muslim Indonesia yang dikenal sangat toleran. Mungkin, beliau merasa tidak perlu menjelaskan MENGAPA sikap toleransi begitu kuat mengakar di sini, dalam disertasinya. Umumnya literatur ilmiah hanya membahas suatu hal berdasarkan bukti logis-empiris. Padahal sikap toleransi didasari kesadaran yang bersifat spiritual, keyakinan orang per orang. Perbedaan sisi spiritual (keyakinan) tidak layak diperdebatkan, baik di ranah ilmiah apalagi hanya ranah medsos. Bisa ribut debat kusirnya.
Liam Then
Sikap mental orang maju, yang paling penting itu mau memgakui keunggulan orang lain. Apapun suku dan agamanya. Atau dari mana ia berasal. Kayu bakar tetap kayu bakar darimana pun asalnya. Tetap berguna. Belajar darinya ,ambil yang baik, buang yang buruk. Ini teori usang, gampang di ketik-kan tapi susah di kerjakan. Wkkwkwkw Sikap seperti ini banyak dipraktekan di negara maju. Di sana mereka dalam beberapa hal , mau mengakui keunggulan orang. NASA-nya Amerika contohnya. Itu tempat kumpul entah berapa macam suku ras. Di Tiongkok juga. Kota-kota modern mereka banyak yang di disain oleh orang barat. Apakah orang Tiongkok tak ada yang pandai tata rancang kota? Pasti ada, cuma mereka ngaku, disainnya orang barat yang di upah. Lebih baik lagi. Begitulah sikap yang saya harap berkembang di lingkungan politik negara kesayangan saya. Karena saya sedih, banyak tokoh politik yang saya kagumi, cenderung mendorong dan memberi jalan kepada anak dan saudara. Kalo sudah begitu saya jadi teringat, cerita keruntuhan Partai Butongpai di dunia Kangow, yang runtuh karena calon pengganti yang tidak kapabel. Juga sejarah banyak kerajaan di masa silam. Runtuh. Karena pengganti kaisar dan raja yang kurang oke kualitasnya. Jaman sekarang, model kuno pewarisan kekuasaan. Sangat beresiko. Di RI, nasib beratus juta orang taruhannya. Sungguh, saya tidak mengerti, kenegarawanan itu ada dimana? Apakah susah ketemunya?
Komentator Spesialis
Agama Islam itu sangat simple. Untuk urusan agama, ikuti saja tuntunan yang dibawa Rosulullah Muhammad SAW. Jangan membuat ajaran baru, inovasi baru atau yang lebih dikenal dengan istilah bid'ah. Jangan menggunakal akal, gunakan hati. Tetapi, untuk urusan dunia, masing masing dari kita lebih tahu urusannya. Silahkan berinovasi disini dalam koridor yang diperbolehkan agama. Jangan dibalik, urusan agama berivonasi, sedang urusan dunia melempem.
Liam Then
Para imuwan dan pemikir muslim kualitasnya tidak perlu di ragukan. Cuma yang saya perhatikan, di negara-negara yang penduduknya muslim. Peran para pemikir dan ilmuwan sangat jarang diutamakan. Di dalam sejarah sampai kontemporer. Seperti yang Pak SBY biasa bilang, saya prihatin. Sebab begitu kisah kehancuran dan keruntuhan didalamnya. Sekadar menyebut beberapa. Dinasti Ottoman, Iraq, Suriah, Yaman, Afghanistan, Libia Bayangkan saja betapa sia-sia. Membangun negara tidak seperti menanam singkong, 4-5 bulan tinggal dipanen. Membangun negara perlu proses berkelanjutan. Jika berkonflik kemudian hancur. Bayangkan berapa banyak upaya yang terbuang sia-sia. Karena itulah saya berpendapat, cendikiawan muslim dan pemikir muslim, entah prioritas nomer berapa di beberapa nama yang saya sebut diatas.
*) Dari komentar pembaca http://disway.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: