Kompor Politik
PLN sukses konversi 1.000 kompor LPG ke kompor induksi.-Foto: Istimewa-
Fenny Wiyono
Pada dasarnya manusia itu mahluk yg sangat hebat beradaptasi terutama mslh kelangsungan hidup. Kl memang kompor listrik lebih efisien dan murah, tidak perlu di "marketingkan" mereka akan otomatis pindah ke kompor listrik. seperti ketika orang berpindah dari taxi ke ojek online, tanpa keruwetan mereka berduyun-duyun download dan memakai jasa Ojek Online. di Ojek Online juga tidak perlu daftar "VA" berapa? mereka punya data yg mampu menjelaskan tanpa bertanya. Sudah sangat tepat kl Mentri Pendidikan di jabat oleh Ex Founder Gojek Pak Nadiem M. sayang para wakil rakyat kita sekolahnya jaman Pak Mentri Fuad Hasan. mungkin wakil2 tsb perlu mengambil tambahan pelajaran dulu ke Pak Nadiem. Siapa yg bayar? ya Rakyat lah... tapi kan membebani Rakyat? demi supaya tidak membebani Rakyat, Wakil2 Rakyat akan mengajukan subsidi dari APBN.
Rihlatul Ulfa
Pemikiran sederhananya tentang transportasi masal murah adalah. ibukota kan sudah ketahuan yaitu Jakarta. kan harusnya lebih mudah untuk bisa menggarap dengan asumsi 'oh semua sektor besar ekonomi tumpah ruah disini, oh pusat pemerintahan ada disini dll' jadi buatlah sistem transportasi masal murah untuk jabodetabek dulu. karena mobilitas paling tinggi dan pusat ekonomi ada disana, artinya berkali-kali lipat orang yg bekerja menuju Jakarta. bagaimana caranya LRT, MRT, KRL, Transjakarta, bisa menjadi transportasi yang dapat diandalkan untuk wilayah jabodetabek. lihat saja sekarang dijam pulang kerja distasiun, jumlah krl tidak sebanding dengan jumlah penumpang dijam pulang dan berangkat kerja. akhirnya penumpukan penumpang ada disana, akhirnya waktu juga harus lebih lama. bukankah pemerintah dengan BUMNnya itu memang harus menyelesaikan masalah itu. lockdown pandemi saja pemerintah daerah bisa langsungs setuju dengan arahan pemerintah pusat. harusnya masalah ini juga bisa pakai cara itu. sekarang gaji mereka berapa sih? uang mereka akan habis saja buat transport. bagaimana buat anak istri? biaya sekolah, cicilan rumah/kontrakan. betul ujung-ujungnya bisa mengarah ke stunting. akhirnya generasi gak lebih baik, terus generasi kita kalah dengan generasi negara-negara maju.haduh
yea aina
Pak @JM kiranya, seruan kepada rakyat: "berbisnilah! bekerjalah!". Menggantikan jargon: "kerja kerja kerja". Karena, dengan berbisnis dan bekerja, kita mendapatkan uang (penghasilan). Sedangkan jargon: kerja kerja kerja, toh hanya mendapatkan keruwetan pinjaman, eh.... bukan ribet subsidi ya kwkwkw.
Jimmy Marta
Bung@yea. Kita itu dah berlimpah ruah dg jargon2. Di tempat saya ada baliho bertuliskan Kota Sayang Anak. Sy gk tahu spt apa praktisnya. Yg saya tahu, satu satunya yg sayang itu ibunya. Dua dua sayang ayah... wkwk... Bgmn kalau kita pake Saminisme saja. Sedulur Sikep.
fajar rokhman
kompornya dikasih software yang ada layarnya, bisa selfi dan ketik buat update status. trus ketumpahan minyak, ke geret sama pisau dapur. Atau gak sengaja naruh panci panas disitu. kalau di hack gimana? sekarang kan jamannya hacker. kayaknya makin rumit aja.
Rihlatul Ulfa
Saya mau memuji Jepang. karena benar-benar baik sekali dengan Indonesia. walau pernah di khianati di proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. tapi tetap mau membuat mega proyek MRT tahap 1 dan 2. juga pintarnya Soft Bank yang perlahan mundur dari pembiayaan IKN.
Jimmy Marta
Adakah pengamat2 disini mengikuti berita yang buat kita sedih dan prihatin. Tentang pak Gub LE yg ditetapkan sbg tersangka KPK. Disebut PPATK memiliki rekening dan deposit di casino ratusan milyar rupiah. Sedihnya, pembelaan pengacaranya yg mengatakan LE ini kaya raya karena 20 tahun jadi pemimpin. Memimpin daerah yg kaya dg tambang emas terbesar. Prihatinnya, saudara kita disana dapat dana otsus jumbo, bagi hasil besar namun daerahnya gk bangkit bangkit. Masyarakatnya gk meningkat berarti. Hanya pejabatnya yg luar biasa kaya.
daeng romli
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: