PBB: Gencatan Senjata Antara Yaman dengan Houthi Diperpanjang Sampai Bulan Oktober
YAMAN, RADARTASIK.COM – Houthi dan pemerintah YAMAN yang didukung Saudi telah sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata.
Pihak-pihak yang bertikai “telah sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata, dengan persyaratan yang sama, untuk tambahan dua bulan, dari 2 Agustus 2022 hingga 2 Oktober 2022,” kata Grundberg .
Pernyataannya datang hanya beberapa jam setelah delegasi dari Oman menyelesaikan tiga hari pertemuan di Sanaa dengan Abdel-Malek al-Houthi dan para pemimpin Houthi lainnya.
BACA JUGA:Serangan Drone AS Membunuh Pemimpin Al Qaeda
Utusan khusus PBB Hans Grundberg mengumumkan pada hari Selasa 2 Agustus bahwa gencatan senjata sekarang akan berlangsung sampai bulan Oktober 2022.
Kesepakatan ini menjadi gencatan senjata terlama dalam perang yang telah menghancurkan ujung semenanjung Arab sejak tahun 2015.
Houthi telah menguasai ibu kota Yaman sejak 2014. Grundberg memilih Oman dan Arab Saudi untuk memperpanjang gencatan senjata.
BACA JUGA:Tujuh Orang Terluka Dalam Penembakan Massal di Pusat Kota Orlando AS
“Tujuan utama dari gencatan senjata saat ini terus memberikan bantuan nyata kepada warga sipil dan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mencapai penyelesaian damai konflik melalui proses politik yang komprehensif,” tutur Grundberg dikutip dari Russian Today.
Gencatan senjata itu awalnya diumumkan pada 2 April bertepatan dengan bulan suci Ramadhan dan direncanakan untuk menghentikan semua operasi militer ofensif di dan sekitar Yaman.
Saudi dan sekutu mereka seharusnya membuka blokir pelabuhan Hodeidah, sementara Houthi melakukan hal yang sama ke kota pedalaman Taiz.
Kedua belah pihak telah menuduh yang lain gagal memenuhi janji-janji ini, tetapi gencatan senjata telah bertahan sejauh ini.
Selain membuka blokir Taiz dan Hodeidah, perpanjangan gencatan senjata menawarkan kesempatan untuk mencapai kesepakatan untuk mekanisme pencairan dana untuk pembayaran gaji pegawai negeri dan pensiun sipil.
Kesepakatan genjatan senjata juga memperluas jumlah penerbangan masuk dan keluar dari Sanaa, jelas Grundberg.
Menurut perkiraan PBB, sekitar 400.000 orang telah tewas di Yaman sejak 2015, ketika koalisi pimpinan Saudi melancarkan perang udara dengan tujuan mengembalikan Presiden Abdrabbuh Mansur Hadi ke tampuk kekuasaan setelah ia digulingkan oleh Houthi.
Hal ini membuat pertempuran sengit terjadi di lapangan yang membuat jutaan orang mengungsi.
Riyadh telah menuduh bahwa Muslim Syiah Houthi adalah proksi untuk Iran, sesuatu yang dibantah oleh Teheran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: russian today