Penjara Paling Mengerikan di Dunia: Narapidana Saling Membunuh dan Memakan Mayat untuk Bertahan Hidup

Penjara Paling Mengerikan di Dunia: Narapidana Saling Membunuh dan Memakan Mayat untuk Bertahan Hidup

RWANDA, RADARTASIK.COM - Penjara Gitarama di RWANDA telah lama menarik perhatian kelompok hak asasi manusia seperti Amnesty International.

Kepadatan di Penjara Gitarama menyebabkan kondisi yang mengerikan. Narapidana terpaksa memakan mayat untuk bertahan hidup.

Sementara para tahanan juga menderita kondisi medis yang mengerikan di penjara terburuk di dunia tersebut.

BACA JUGA:51 Narapidana Tewas Setelah Terjadi Kerusuhan di Penjara

Penjara Gitarama di Rwanda dilaporkan mengalami kepadatan yang sangat besar, ribuan narapidana dimasukkan ke dalam ruang yang dirancang hanya untuk beberapa ratus hingga seribu orang.

Perkiraan jumlah narapidana yang bisa ditempatkan di sana antara 5.000 dan 7.000 tahanan, namuan Amnesty International mengatakan pada tahun 2007 penjara Gitarama dilaporkan menahan 7.477 tahanan meskipun kapasitas resminya hanya 3.000 orang.

Akibatnya perkelahian sering terjadi penjara terlalu padat dan para tahanan yang putus asa dipaksa untuk makan daging manusia untuk bertahan hidup menurut laporan Zee News.

BACA JUGA:44 Tewas Dan Lebih Dari 100 Tahanan Melarikan Diri Setelah Terjadi Kerusuhan di Penjara Bellavista Ekuador

Kondisi di penjara Gitarama telah dikutuk sejak lama. Pada tahun 1995 sebuah laporan mengungkapkan rincian yang mengerikan tentang kondisi tahanan.

Brigitte Troyon dari Komite Palang Merah Internasional, mengatakan kepada Independent: "Kondisi di sini benar-benar tidak manusiawi. Sangat mendesak untuk diperbaiki.”

BACA JUGA:20 Napi Tewas, 5 Dimutilasi, Kerusuhan di Penjara Ekuador

“Setengah lusin orang meninggal di Gitarama setiap hari. Jika wabah merebak, tidak ada yang tahu berapa banyak yang bisa mati," lanjut  Troyon.

Belum ada laporan terbaru tentang penjara Gitarama di Rwanda, tetapi tampaknya semuanya belum banyak membaik.

Rwanda memiliki beberapa insiden yang disorot dalam beberapa tahun terakhir yang telah ditandai oleh organisasi hak asasi manusia.

Penghilangan paksa dan penyiksaan manjadi salah satu alasan mengapa pemerintah Inggris mendeportasi pencari suaka ke Rwanda untuk diproses dengan sangat kontroversial.

Pada tahun 1995, lebih dari 1.000 tahanan dilaporkan meninggal di dalam penjara, sementara ada laporan lebih lanjut tentang anggota tubuh yang membusuk karena kurangnya perawatan medis dan tempat tidur yang tidak higienis.

Pada saat itu, kekhawatiran tersebut bahkan menimbulkan pertanyaan di House of Commons. Mantan Menteri Luar Negeri dan Urusan Persemakmuran, Sir Jeremy Hamley mengungkapkan keprihatinanya.

"Komite Internasional Palang Merah percaya bahwa lebih dari 2.000 orang telah meninggal di 13 penjara Rwanda pada tahun lalu, sebagian besar karena masalah kesehatan yang disebabkan oleh kepadatan dan ini terjadi di Gitarama," ungkap Sir Jeremy Hamley dikutip dari The Mirror.

Banyak dari narapidana merupakan tersangka kejahatan horor genosida Rwanda, dimana terjadi pembunuhan brutal sebanyak 800.000 orang pada tahun 1994 selama sekitar 100 hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: the mirror