Jumlah TKI di Pangandaran Menurun
Reporter:
syindi|
Jumat 19-02-2021,16:00 WIB
PANGANDARAN — Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Kabupaten Pangandaran dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan cukup drastis. Penurunan ini kemungkinan akibat adanya Pandemi Covid-19.
Kepala Seksi Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Industri dan Transmigrasi Kabupaten Pangandaran Suparman menjelaskan, sepanjang tahun 2019 ada 218 warga Pangandaran menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Sementara pada tahun 2020 jumlahnya menurun hingga mencapai 23 orang.
”Jadi istilahnya Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI), sebelum mereka mau buat paspor ke imigrasi untuk bekerja ke luar negeri, harus ada rekomendasi dari dinas terkait,” katanya kepadan Radar, Kamis (18/2/2021).
Menurutnya, negara tujuan yang paling banyak dipilih oleh para TKI asal Pangandaran adalah Malaysia, Taiwan, Hongkong dan Singapura. Pada tahun 2019 negara yang paling banyak dituju adalah Malaysia dengan jumlah 67 orang, kemudian Taiwan sebanyak 50 orang, Singapura sebanyak 47 orang, Hongkong 33 orang, Korea Selatan 9 orang, Brunei Darusalam 5 orang dan Swiss 1 orang.
Pada tahun 2020 negara paling banyak dituju adalah Malaysia sebanyak 10 orang, Taiwan 9 orang, Hongkong 3 orang dan Singapura 1 orang. ”Sementara tujuan ke Timur Tengah belum ada lagi, karena masih dalam moratorium,” jelasnya.
Rata-rata yang menjadi TKI adalah lulusan SD, SMP hingga SMA sederajat. Sementara yang lulusan D3 atau S1 jarang yang menjadi TKI.
Menurut dia, keberangkatan TKI pada tahun 2020 hanya ada di bulan Januari saja. ”Jadi yang 23 orang itu berangkatnya di bulan Januari, saat Covid-19 meningkat di bulan selanjutnya, tidak ada lagi yang daftar jadi TKI,” katanya.
Kata dia, penyalur para TKI ini ditunjuk langsung oleh kemenetrian dan semuanya resmi. ”Sementara TKI ilegal biasanya lewat penyalur yang tidak resmi dan biasanya saat ada masalah di tempat mereka bekerja, sulit untuk ditangani,” ucapnya.
Sejauh ini belum ada perusahaan penyalur TKI di Kabupaten Pangandaran, ada juga hanya perwakilan perusahaan dari Cirebon, yang berkantor di Kecamatan Kalipucang. ”Belum ada yang berani berinvestasi, kalaupun ada yang mau membuka kami siap bantu untuk mengajukan perizinan,” jelasnya.
Kata dia, kebanyakan yang menjadi TKI adalah perempuan. ”Yang udah punya anak ada, yang masih muda juga ada,” katanya.
Menurutnya, mereka yang jadi TKI biasanya karena tuntutan ekonomi. Karena gaji di luar negeri cukup besar. ”Ada yang perbulannya bisa sampai Rp 7 juta,” ucapnya.
(den)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: