Twist Modern, Material Alam Menghidupkan Hunian

Twist Modern, Material Alam Menghidupkan Hunian

radartasik.com, RUMAH-RUMAH di Bali umumnya memiliki atap berbentuk pelana. Atap berbentuk pelana tersebut bisa tetap dipertahankan hingga saat ini.


Sentuhan arsitektur modern membuatnya tampak mewah dan homey. Misalnya, salah satu hunian karya DDAP Architect ini.

Pemilihan atap pelana pada rumah ini dimaksudkan agar tidak kontras dengan bangunan sekitar.

Menurut Dirgantara I Ketut selaku arsitek prinsipal rumah tersebut, hal itu secara tidak langsung akan meningkatkan privasi rumah.

Namun, Dirgantara memberikan twist dengan membuat fasad seolah seperti dua massa bangunan yang ditumpuk.

”Kami menyebutnya stacking gables,” katanya kepada Jawa Pos pada Jumat (8/4/2022).

Bagian bawah yang merupakan lantai 1 berbentuk persegi panjang, lalu di atasnya terdapat area lantai 2 beratap pelana.

Secara garis besar, rumah itu seperti barn atau lumbung tradisional yang dimodernisasi dengan pemilihan material.

Misalnya paras klanting, batu alam khas Bali yang diaplikasikan pada sebagian besar dinding.

Untuk eksterior, batu tersebut dibiarkan terekspos tanpa cat sehingga menampilkan warna aslinya yang tidak begitu mencolok.

Kemudian menyatu dengan material modern seperti kaca dan besi.

Material kayu juga mendominasi interior dan eksterior rumah ini. Menariknya, tidak ada material kayu artifisial. Semua asli.

Contohnya decking di area courtyard yang terbuat dari kayu ulin dan lantai serta furnitur dari kayu jati.

”Kita membuat bangunan itu hidup. Kalau bangunan dibuat dari beton terasa dingin dan mati, tapi jika ada sentuhan kayu dan batu alam rasanya menjadi hidup,” terangnya.

Rumah itu berbatasan langsung dengan jalan. Karena itu, menjaga privasi rumah cukup tricky.

Akhirnya, lantai 1 yang merupakan area yang menampung paling banyak aktivitas dibuat sepenuhnya tertutup dari depan.

Sedangkan lantai 2 dibuat terbuka dengan kaca besar yang menghadap ke jalan.

Kendati terbuka, aktivitas pribadi di lantai 2 tidak akan terlihat karena rumah tersebut memiliki double-height ceiling.

Sedangkan kamar di lantai 2 berada di sisi belakang yang tertutup tembok.

Orientasi utama rumah ini adalah dapur. Hal itu menyesuaikan dengan pemilik rumah yang memiliki passion sebagai barista dan fotografer.

”Di samping dapur itu ada living room juga. Jadi, kalau menerima tamu dan mau kumpul keluarga, ya di area dapur itu,” kata Dirgantara.


Jendela kisi pada lantai 2 bisa dibuka menyerang untuk menahan angin agar masuknya tidak terlalu kencang. Foto: DDAP Architect

Karena itu, area dapur mendapat bukaan paling lebar. Selain itu, dapur dinaungi oleh double-height ceiling yang menjadikannya terasa lebih lebar dan mendapat sirkulasi udara dengan sangat baik.

”Secara fengsui di atas dapur tidak boleh ada ruangan. Daripada sia-sia, akhirnya dibuatlah double volume height yang bagus untuk ventilasi silang,” katanya.

Dapur berbatasan langsung dengan courtyard melalui sliding door yang bisa dibuka maksimal.

Dengan begitu, dapur pun bernuansa semi-outdoor yang sangat nyaman.

Terlebih, di atas dapur terdapat banyak jendela kaca yang memungkinkan cahaya matahari menembus ke dalamnya.

Sehingga, tercipta bayangan-bayangan cantik yang menambah nilai artistik rumah tersebut. (Jawa Pos)

HIGHLIGHTS

KAMAR UTAMA

Terletak di lantai 1, kamar utama memiliki akses langsung ke courtyard. Dua area itu dihubungkan dengan sliding door. Sehingga kamar utama mendapat pencahayaan dan pengudaraan maksimal, serta view yang menarik.

JENDELA KISI
Pada sisi samping lantai 2, terdapat jendela kisi yang terbuat dari kayu bengkirai yang bisa dibuka menyerong. Menurut Dirgantara, angin di rumah tersebut mengarah dari sana. Jendela kisi berfungsi agar angin masuk tidak terlalu kencang, tapi tetap terkoordinasi dengan baik.

VOID DI KAMAR MANDI


Kamar mandi pun tidak luput dari nilai estetika. Di sana terdapat bathtub yang ditempatkan di atas area berkerikil sebagai tampias. Lalu, di atasnya terdapat void yang tertutup kaca. Sehingga cahaya matahari bisa masuk, tetapi air hujan terhalau.

PINTU UKIR

Selain pemilihan material batu alam khas Bali, unsur Bali diterapkan melalui pintu ukir di area main entrance rumah tersebut. Rumah ini memiliki tinggi sekitar 7,5-8 meter, tidak menyalahi aturan maksimal tinggi bangunan 15 meter di Bali.

Luas tanah: 300 meter persegi
Luas bangunan: 200 meter persegi
Lama pengerjaan: 10 bulan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: