Gaya Hidup dan Makanan Jadi Penyebab Gagal Ginjal, Kasusnya Naik Tiap Tahun
Reporter:
usep saeffulloh|
Sabtu 12-03-2022,08:00 WIB
Radartasik.com, Gula darah dan tekanan darah tinggi bisa menyebabkan komplikasi, salah satunya gagal ginjal. Untuk itu masyarakat harus tahu tentang gejala, pencegahan dan pengobatan tentang gagal ginjal.
Ketua Umum
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dr Aida Lydia, PhD., SpPD, K-GH mengatakan sekitar sepertiga pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis (PGK) belum mengetahui benar mengenai penyakitnya, progresifitas/perjalanan penyakitnya serta modalitas terapi yang ada bila kemudian mengalami
gagal ginjal. Mereka tak sadar gula darah atau tekanan darahnya sudah di atas normal.
“Pada awal perjalanan penyakit ginjal umumnya tidak ada gejala, berbagai keluhan baru dirasakan bila penyakit sudah lanjut,” katanya dalam keterangan virtual, Kamis (10/3/2022).
Penyakit ginjal pada awalnya tidak bergejala, sehingga, kata dr Aida Lydia, banyak orang yang tidak mengetahui bahwa mempunyai gangguan ginjal.
Masih banyak yang belum memahami bagaimana memelihara kesehatan ginjal dan apa yang perlu dilakukan bila kemudian fungsi ginjalnya menurun.
“Diperlukan kolaborasi yang baik antara pemerintah, tenaga kesehatan dan organisasi kesehatan, industri kesehatan, pasien atau keluarga serta masyarakat, secara bersama sama untuk meningkatkan pengetahuan dan literasi kesehatan ginjal,” kata dr. Ayda.
Datang ke Dokter Sudah Terlambat
Menurutnya, kemungkinan kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan ginjal menjadi salah satu penyebab kenapa pada umumnya pasien sering terlambat berobat dan sering datang dalam kondisi yang sudah lanjut.
Gangguan ginjal dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko, diagnosis dini dan tatalaksana yang optimal agar pasien tidak sampai mengalami
gagal ginjal.
Oleh karena itu, literasi kesehatan pada semua kalangan menjadi kunci yang dapat meningkatkan kewaspadaan kesehatan ginjal dan keberhasilan program kesehatan pemerintah.
Literasi kesehatan didefinisikan sebagai kemampuan seorang individu dalam memperoleh atau mengakses, memahami, serta menggunakan informasi kesehatan tersebut untuk mengambil keputusan dan tindakan medis, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
“Masih ada masyarakat yang belum mengetahui apa itu organ ginjal dan fungsinya. Terdapat studi yang menunjukkan bahwa 90 persen penyandang
gagal ginjal tidak menyadari tentang penyakit yang diderita. Hal ini menunjukkan minimnya informasi kesehatan dikalangan masyarakat,” katanya.
Gaya Hidup Jadi Pemicu
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes RI, dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO, menilai pola hidup tak sehat menjadi pemicunya.
Pola makan, pola asuh, pola gerak dan pola makan seperti tinggi kalori, rendah serat, tinggi garam, tinggi gula dan tinggi lemak diikuti gaya hidup sedentary lifestyle, memilih makanan junk food/siap saji, ditambah dengan kurangnya aktivitas fisik, stress dan kurangnya istirahat memicu timbulnya penyakit
hipertensi,
diabetes melitus, obesitas, kanker, jantung, dan hiperkolesterol di kalangan masyarakat Indonesia.
“Upaya kami adalah dengan harus terus menekan angka kejadian PTM supaya rendah dalam rangka mendorong pencapaian target pembangunan kesehatan termasuk target SDGs 2030,” jelasnya.
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) tercatat sebagai penyebab 4,6 persen kematian global pada tahun 2017 dan merupakan peringkat ke-12 sebagai penyebab kematian.
Angka ini diprediksi akan terus meningkat dan PGK diperkirakan akan menjadi penyebab kematian tertinggi ke-5 di seluruh dunia pada tahun 2040.
Di Indonesia, prevalensi PGK semakin meningkat setiap tahun, bila tidak diobati suatu ketika dapat mengalami
gagal ginjal. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan tahun 2018, prevalensi PGK adalah 0,38 persen.
Data registri
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) pada tahun 2020 menunjukkan insidensi kumulatif pasien yang menjalani dialisis (cuci darah) 61.786, dan prevalensi kumulatif 130.931.(jp)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: