Lebih Dekat Mengenal Manuk Janur Asal Desa Cibeureum yang Didorong Jadi Ikon Kota Banjar
Reporter:
Usep Saeffulloh|
Rabu 02-03-2022,11:30 WIB
Radartasik.com, BANJAR — Manuk Janur asal Desa Cibeureum Kecamatan Banjar Kota Banjar rupanya pernah tampil di tingkat nasional. Saat itu mewakili delegasi Jawa Barat dalam Parade Budaya Nusantara di TMII Jakarta 16 April 2017.
Sejak itulah, Manuk Janur kemudian dikenal di berbagai daerah dan menjadi salah satu helaran unggulan, kreasi seni dan budaya
Kota Banjar.
Wali Kota Banjar Dr Hj Ade Uu Sukaesih dan Wakil Wali Kota Banjar H Nana Suryana saat bersama Forkopimda Kota Banjar foto dengan Manuk Janur. Foto:Anto Sugiarto / Radartasik.com Manuk Janur juga biasa tampil di acara hajatan maupun helaran peringatan Hari Jadi
Kota Banjar.
Selain artistik, tampilan Manuk Janur ini memiliki keunikan tersendiri. Yakni saat ditampilkan dengan puluhan penari beratribut dari anyaman janur.
Kepala Desa Cibeureum Yayan Sukirlan mengatakan Manuk Janur memiliki makna filosofis yang tinggi. Hal itu diungkapkannya saat menghadiri Helaran Budaya di wana wisata Situmustika dalam kegiatan Hari Pers Nasional, yang digelar PWI Ciamis Banjar dan Pangandaran, Kamis (24/2/2022).
Daun dari kepala, yang menjadi bahan Manuk Janur memiliki banyak manfaat.
Pohon kelapa, mulai dari akar, buah sampai daunnya pun memiliki manfaat bagi manusia. Begitu pula dengan Manuk Janur, yang dianalogikan sebagai pengingat agar hidup di dunia dapat bermanfaat bagi sesama manusia.
"Kami meyakini, Manuk Janur ini merupakan jelmaan dari Burung Dadali atau Garuda jadi simbol Negara Republik Indonesia," tegas
Yayan Sukirlan.
Masyarakat di
Kota Banjar biasanya menjalankan tradisi Manuk Janur sebagai ritual untuk hajatan. Seperti sunatan atau pernikahan yang telah membudaya di
Desa Cibeureum.
Saat ini kirab budaya Manuk Janur juga sering ditampilkan dalam berbagai event, salah satunya peringatan Hari Jadi
Kota Banjar.
Terbuat dari Pohon Kelapa
Yayan menerangkan, proses pembuatan Manuk Janur ini semuanya terbuat dari pohon kelapa. Biasanya, saat ditampilkan ada empat orang yang menggotong Manuk Janur.
Wali Kota Banjar Dr Hj Ade Uu Sukaesih dan Wakil Wali Kota Tasikmalaya H Nana Suryana saat memakai atribut budaya dari janur dalam helaran budaya Manuk Janur.
Foto:Anto Sugiarto / Radartasik.comSeiring dengan dikenalnya Manuk Janur sebagai warisan budaya leluhur. Maka tradisi ini mulai ditampilkan dalam setiap helaran ditingkat Kota.
Kilas balik sejarah terciptanya Manuk Janur yang terinspirasi dari helaran tahun 2011 untuk ikon pagelaran seni budaya Hari Jadi
Kota Banjar.
Yayan Sukirlan dulu pernah menjabat sebagai Sekdes Cibeureum didukung Pj Kepala Desa Iskandar yang menyetujui konsep Manuk Janur untuk ditampilkan sebagai helaran unggulan.
"Saya dan Pak Tatang (seniman) yang sekarang jadi Kepala Dusun Cibodas kemudian membuat dan responnya ternyata luar biasa," kenang
Yayan Sukirlan.
Menurut
Yayan Sukirlan, Janur merupakan simbol kebahagiaan. Karena biasa digunakan sebagai lambang dalam acara pernikahan, tempat makanan hingga buah-buahan.
Dirinya berharap Manuk Janur bisa lebih dipromosikan oleh Pemkot Banjar. Dan ke depan bisa mem-
branding dan diproduksi para pelaku UMKM di
Kota Banjar jadi sebuah ikon.
Sangat Mengapresiasi Manuk Janur
Manuk Janur merupakan salah satu budaya tradisional yang harus dipertahankan. Terlebih dimainkan oleh para penari dari kaum milenial.
"Harus mempertahankan budaya daerah, kalau perlu ditingkatkan lagi. Tentu jika ingin dijadikan ikon harus di patenkan," tegas Yayan Sukirlan. Wali Kota Banjar Dr Hj Ade Uu Sukaesih saat menaiki Manuk Janur beberapa waktu lalu. Foto: Anto Sugiarto / Radartasik.comDiakuinya, ikon Kota Banjar sebenarnya banyak mulai dari daun tarum dan lainnya. Hanya saja harus yang bisa lebih dikenal banyak orang atau mudah diingat.
Terlebih sampai menjadi salah satu tujuan destinasi wisata. Hal ini sejalan dengan Misi ke-6 Pemkot Banjar yakni mengali potensi daerah.
"Sesuai tema Hari Jadi ke-19
Kota Banjar Bangkit Bersinergi Sepenuh Hati, mari bersama-sama kembangkan budaya asli daerah," jelas
Yayan Sukirlan.
"Pemerintah selalu menginstruksikan agar pagelaran
event di
Kota Banjar selalu menampilkan seni dan budaya daerah," tegas
Yayan Sukirlan.
Selain Manuk Janur, Jurig Sarengseng juga berhasil menjadi juara 2 tingkat Provinsi Jawa Barat. Ini harus terus dikembangkan dan promosikan sebagai aset
Kota Banjar yang perlu dilestarikan.
Tentu jika hal itu dikembangkan, maka terbuka peluang bagi para pelaku UMKM untuk mulai memunculkan produk Manuk Janur sebagai ikon
Kota Banjar.
"Para pengrajin bisa membuat kreasi Manuk Janur berupa replika berbentuk boneka atau yang lainnya," ujar
Yayan Sukirlan. (anto sugiarto / radartasik.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: