Forfgrup Menilai Kota Banjar Belum Temukan Jati Diri

Forfgrup Menilai Kota Banjar  Belum Temukan Jati Diri

radartasik.com,  — Koordinator Forum Generasi Muda Patroman (Forgroup) Kota Banjar Rizky Nurhidayat mengatakan, Kota Banjar sudah berusia 19 tahun. Meski sudah banyak perubahan, namun masih banyak yang harus ditingkatkan.


“Kita bersyukur pada usia 19 tahun ini Banjar banyak perubahan, namun masih banyak hal yang harus lebih ditingkatkan. Bukan hanya sektor insfrastruktur dan kesehatan saja, karena yang kita lihat itu yang paling menonjol,” kata dia, Jumat (25/2/2022).

“Sejak memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis pada 19 tahun silam, Kota Banjar memang memiliki banyak perubahan, terutama di bidang pembangunan infrastruktur. Sejak saat itu pembangunan gencar dilakukan bukan hanya di wilayah perkotaan, namun hingga ke pelosok desa-desa bahkan ke gang-gang kecil,” kata dia.

Di bidang kesehatan, lanjutnya, saat ini terdapat empat rumah sakit besar yaitu RSUD Kota Banjar, RSUD Asih Husada, RS Mitra Idaman dan RS Banjar Patroman. Ditambah dengan adanya klinik-klinik kesehatan yang jumlahnya lumayan banyak.

“Permasalahan yang belum tuntas hingga saat ini adalah Banjar belum menemukan jati dirinya. Mau menjadi kota seperti apa? Apa kota wisata, kota industri, kota pendidikan, kota budaya, kota perdagangan atau jasa bahkan dulu Banjar lebih dikenal sebagai kota transit,” ujarnya.

Secara identitas dan ciri khas, Kota Banjar juga masih kebingungan, sehingga orang-orang dari luar belum terlalu mengenal Kota Banjar. Bahkan sering kali orang menganggap kota atau tempat lain seperti Banjarnegara atau Banjarmasin. Karena kota Banjar masih kalah populer dengan kota tersebut.

“Jika kita mempunyai sebuah identitas atau ciri khas sehingga terdapat sebuah ikon pasti Kota Banjar akan mudah lebih dikenal,” katanya.

Dia mengaggap saat ini pemerintah kurang memaksimalkan potensi yang ada. Padahal, menurut dua, Kota Banjar mempunyai potensi, salah satunya adalah gerbang pintu masuk Provinsi Jawa Barat di bagian selatan.

“Jalur perdagangan ini harus bisa dimanfaatkan betul agar mempunyai dampak secara nilai ekonomi terhadap masyarakat,” ucapnya.

Kemudian, lanjut dia, Kota Banjar merupakan jalur menuju tempat wisata Pantai Pangandaran.

“Jika 30 persen saja wisatawan itu bisa singgah di Banjar, baik untuk makan atau sekadar minum kopi secara otomatis akan berdampak pada perekonomian masyarakat, apalagi jika Banjar mempunya identitas dan ciri khas atau ikon unggulan, pastinya akan dilirik,” katanya. (cep)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: