Fasilitas Rusak, Pasien Covid-19 Waswas, Pasokan Air Keran Tuntas, Giliran Colokan Listrik Tak Berfungsi

Fasilitas Rusak, Pasien Covid-19 Waswas, Pasokan Air Keran  Tuntas, Giliran Colokan  Listrik Tak Berfungsi

radartasik.com, RADAR TASIK — Merespons adanya keluhan sulitnya pasokan air untuk pasien Covid-19 yang tengah menjalani isolasi di Rumah Sakit Dewi Sartika, DPRD Kota Tasikmalaya meminta Pemkot melakukan langkah cepat.


Ketua Komisi IV DPRD Kota Tasikmalaya Dede Muharam mengungkapkan kendala teknis seperti fasilitas keran kamar mandi yang tidak berfungsi, semestinya tidak berlarut-larut terjadi sampai memakan waktu hampir seminggu.

“Kita minta dinas jangan concern urus ketersediaan obat, oksigen dan penanganan pencegahan Covid-19 saja. Hal-hal pelayanan dasar semacam itu mestinya tidak berangsur lama, tapi tar-maintenance dan terawasi,” tuturnya kepada Radar, Senin (21/2/2022).

Dia menyayangkan pasien yang seharusnya beristirahat dengan tenang dan menjalani pengobatan tanpa dibebani pikiran negatif, atau aktivitas yang berat, justru harus angkut-angkut air hanya sekadar buang air kecil atau mandi. “Mereka kan sudah bayar pajak, meski pelayanan ini gratis tapi tolong jangan seadanya begitu,” ujar Dede.

Politis PKS itu menekankan pasien yang sedang menjalani isolasi dan perawatan, mesti mendapat kenyamanan. Sebab, kondisi pasien sedang terkonfirmasi positif dan tentu yang menjalani karantina atau isolasi di ruang isolasi tersentralistik mengalami gejala serius. “Gimana mau sembuh, kalau mau aktivitas saja kesulitan air. Apalagi kalau listrik mati, itu memalukan lah. Mereka bukannya sembuh malah down kena mental,” tuturnya.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Tasikmalaya Ahmad Junaedi Sakan menuturkan hal serupa. Mestinya pasien yang menjalani isolasi bisa beristirahat dan mendapatkan perawatan dengan nyaman. Tenang, tanpa ada pikiran negatif apalagi dipusingkan urusan-urusan kurang substantif. “Supaya imunitasnya stabil, orang kan harus rileks tidak stres. Kalau fasilitas yang ada seperti itu, bagaimana rileks,” tegasnya.

Dia menambahkan perlunya pengawasan intens dan segera melakukan pendistribusian pegawai atau tenaga kesehatan struktural. Mengisi sejumlah urusan yang dibutuhkan Rumah Sakit Dewi Sartika. “Harus ada petugas definitif di sana yang stand by secara intens. Kita lihat secara prinsip kepegawaian di sana belum disusun, hanya menggunakan situasi penugasan darurat Covid-19 saja,” kata Politisi PKB tersebut.

Sementara itu, salah seorang pasien isolasi yang baru masuk Senin (21/2/2022), SS (38) mengaku sempat waswas dengan menjalani isolasi di rumah sakit. Dia belum pernah menjalani perawatan semacam itu, meski secara fisik gejala yang dia keluhkan cukup mengganggu. “Sabtu positif terkonfirmasi, hari ini (Senin, Red) saya diminta isolasi di sini. Kemarin sempat baca informasi, airnya mati tetapi sudah jalan kok barusan dipastikan dulu,” tuturnya.

Sayangnya, dia mengaku kebingungan untuk mengisi daya baterai hand phone, mengingat colokan listrik yang tersedia di ruang tempat dia dirawat. Tidak berfungsi alias rusak. Dia mesti berkeliling ke ruang atau fasilitas lain untuk sekadar mengisi daya. “Iya beberapa ruangan lain juga keliling kalau mau ngecas. Ya tidak apa-apa lah asalkan tidak mati total listriknya, hanya alangkah lebih praktis ya kalau hanya ngecas tidak usah keliling-keliling cari colokan kosong,” keluh dia.

Tingkatkan Kapasitas

Tempat Tidur

Memasuki gelombang ketiga Covid-19, Gubernur Jawa Barat Mochamad Ridwan Kamil memberikan arahan kepada bupati/wali kota untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.

Pertama, tingkatkan kapasitas tempat tidur rumah sakit (BOR) seperti saat puncak virus Covid-19 varian delta. “Saya minta perhitungan BOR menggunakan kapasitas maksimal seperti saat delta menjadi puncaknya. Memang di awal tahun karena delta turun, kapasitas rumah sakit juga turun,” ucap gubernur dalam siaran persnya.

Kedua, seluruh pemda kabupaten/kota agar menegakkan protokol kesehatan 5M. Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, memakai masker adalah hal yang paling ditekankan.

“Arahan Presiden prokes paling utama adalah masker. Arahan Pak Luhut ekonomi kita buka dengan bijak tapi urusan masker lebih ditingkatkan. Jadi saya titip paling fundamental meningkatkan kedisiplinan masker,” katanya.

Di saat yang sama, tes testing, telusur, tracking, dan tindak lanjut (treatment) harus terus dilakukan oleh pemerintah daerah. Dengan kombinasi ini, Gubernur meyakini virus Covid-19 varian omicron bisa teratasi.

“Apapun namanya (varian virus Covid-19) solusinya itu saja berbaginya. Rakyat patuhi prokes negara mencari, merawat, men-treatment,” ujarnya

Terakhir, Gubernur meminta kepada seluruh kepala daerah, TNI/Polri untuk mempercepat vaksinasi, khususnya adalah kepada para lansia yang belum mendapatkan vaksin kedua.

Gubernur menuturkan, langkah ini sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari virus Covid-19 varian omicron yang menyebar begitu cepat. Sebab dari hasil penelitian di Jawa Barat, mereka yang meninggal karena Covid-19 adalah golongan lansia dan yang belum divaksin.

Bagi daerah yang tingkat vaksinasinya sudah tinggi, didorong untuk melaksanakan kegiatan booster. Sehingga tidak ada berita tentang vaksin Covid-19 yang kedaluwarsa.

“Kemudian tidak boleh ada vaksin yang kedaluwarsa, jadi jemput bola untuk segera dilakukan. Kemudian dikombinasikan dengan kebijakan pelayanan publik,” ujar Gubernur.

“Titip lansia karena mayoritas yang meninggal dunia pada usia lansia dan yang belum divaksin. Jadi kalau ada lansia yang belum divaksin itu adalah yang paling-paling rawan oleh omicron,” tuturnya. (igi/rls)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: