Prancis: Kesepakatan Nuklir Iran Tinggal Menghitung Hari
Radartasik.com, Iran dan Negara kekuatan dunia berada di ambang keberhasilan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, kata perunding utama Teheran, meskipun dia menambahkan bahwa bola sekarang berada di pihak mitra lainnya.
“Setelah berminggu-minggu pembicaraan intensif, kami semakin dekat dengan kesepakatan,” Ali Bagheri mengumumkan di Twitter.
Namun, diplomat itu memperingatkan agar tidak merayakan terlalu cepat, menunjukkan bahwa “tidak ada yang disepakati sampai semuanya disepakati.”
Dia juga menyarankan mitra negosiasi Iran untuk "bersikap realistis, menghindari keras kepala" dan menahan diri dari mengulangi kesalahan masa lalu. Karena Teheran masih mengharapkan keputusan serius dari pihak lain, kata Bagheri.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian juga berbicara tentang kesepakatan itu pada hari Kamis (17/02/2022) kemarin, mengatakan kepada Senat negaranya bahwa kespekatan ini tinggal menghitung hari.
“Kami membutuhkan keputusan politik dari Iran. Mereka memiliki pilihan yang sangat jelas,” kata Le Drian dikutip dari Russian Today, ia juga memperingatkan bahwa Teheran akan mendapatkan konsekuensi serius jika tidak menandatangani perjanjian
dalam beberapa hari ke depan.
Perundingan untuk menghidupkan kembali Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) telah berlangsung di ibu kota Austria, Wina, sejak April tahun lalu. Mereka sudah sulit menemukan titik temu dan terganggu beberapa kali oleh istirahat panjang.
Inggris, Cina, Prancis, Jerman, dan Rusia secara langsung bernegosiasi dengan Iran, sementara AS tetap menjadi peserta tidak langsung dari proses tersebut. Negara-negara itu adalah penandatangan kesepakatan awal pada tahun 2015.
Di bawah JCPOA, Teheran setuju untuk mengekang program militer nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi internasional terhadap negaranya.
Namun pada tahun 2018, presiden AS saat itu Donald Trump secara sepihak menarik Washington dari perjanjian penting itu, yang ia gambarkan sebagai “kesepakatan terburuk yang pernah ada,” dan memberlakukan serangkaian sanksi baru untuk Teheran.
Langkah itu mengejutkan para penandatangan lainnya dan mendorong Iran untuk mengingkari komitmennya, kembali ke pengayaan uranium.
Upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan dimulai setelah Joe Biden menggantikan Trump di Gedung Putih.
Pada awal Februari, AS mencabut beberapa sanksi terhadap Teheran, yang memungkinkan perusahaan asing untuk terlibat dalam proyek sipil tertentu di pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr Iran dan beberapa fasilitas lainnya.
Langkah itu dipandang sebagai upaya untuk memfasilitasi keberhasilan hasil negosiasi saat ini di Wina. (sal)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: