Margiono Mewariskan Uji Kompetensi Wartawan, Sebagai Guru, Panutan dan Pekerja Keras

Margiono Mewariskan Uji Kompetensi Wartawan, Sebagai Guru, Panutan dan Pekerja Keras

Radartasik.com, Dunia pers berduka. Margiono, ketua umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) periode 2008—2018, wafat di usia 61 tahun, Selasa (1/2/2022). 


Sebelum dikebumikan di TPU Jelupang, Tangerang Selatan, pria kelahiran Tulungagung tersebut dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Modular, Simprug, Jakarta. Di sana, Pemimpin Redaksi Jawa Pos 1993—1995 itu menjalani pengobatan selama sepekan.

Kerabat yang juga Direktur Rakyat Merdeka (RM) Ratna Susilawati mengatakan, sebelum wafat, almarhum sempat terpapar Covid-19. ”Beliau juga punya komorbid,” ujarnya. 

Dalam beberapa tahun terakhir, Margiono menderita penyakit komplikasi. Di antaranya, diabetes, hipertensi, dan penyakit ginjal yang memaksanya menjalani cuci darah secara rutin.

Kepergian CEO Rakyat Merdeka Group/Dirut Harian Rakyat Merdeka itu, lanjut dia, membawa duka mendalam bagi keluarga besar RM. 

Ratna menceritakan, almarhum bukan hanya ”bos”, melainkan juga panutan, guru, dan orang tua bagi keluarga besar RM. ”Beliau selalu mengajari kami dengan gayanya yang humoris,” kata dia.

Di mata Ratna, Margiono juga sosok pekerja keras dan detail. Dalam memproduksi koran, misalnya, almarhum sangat mengamati setiap tahap. Wartawan juga diminta hati-hati dan menjaga prinsip cover both side. ”Kata beliau, bekerja ibarat ngekepin. Mendekap,” tuturnya.

Duka juga dirasakan Ketua Umum PWI Atal Sembiring Depari. Atal menuturkan, Margiono merupakan sosok yang totalitas di PWI. Bahkan, meski menjalani pengobatan dan cuci darah dalam beberapa bulan terakhir, Margiono tetap aktif menjalani tugas sebagai ketua Dewan Penasihat PWI

Dalam berbagai kegiatan, yang bersangkutan juga tetap hadir. ”Di Zoom saya lihat tetap ada, tapi memang duduknya gak kayak dulu lagi. Kami tanya sehat? Sehat, jawabnya,” tuturnya.

Sebelum Margiono menjalani perawatan di RS, Atal sempat berkomunikasi langsung melalui sambungan telepon. Dalam kesempatan itu, dia mengonfirmasi ulang rencana kehadiran Margiono pada Hari Pers Nasional (HPN) 9 Februari 2022 di Kendari. ”Dia belum tetapkan kapan berangkat, tapi bulat ingin berangkat,” jelasnya.

Salah satu warisan yang ditinggalkan Margiono di PWI adalah kompetensi wartawan. Program yang diadakan sejak 2011 tersebut terus berlangsung hingga sekarang. Maklum, kata Atal, semasa hidup Margiono sangat perhatian pada kompetensi wartawan. 

”Dia lihat penting untuk mengukur kompetensi wartawan kita. Di situ dia pikirannya,” imbuhnya.

Secara pribadi, Atal menilai Margiono sebagai sosok yang unik. Sebab, karakternya sebagai wartawan berbeda dengan kesehariannya. Karya jurnalistiknya dikenal berani. Namun, sebagai pribadi, yang bersangkutan santun dan menghindari untuk menyakiti orang. Selain itu, pengetahuannya luas. Tak terkecuali pengetahuan agama. 

”Yang sangat membanggakan kalau ke daerah, Jumat dia menjadi imam masjid. Itu sering. Saya kaget, boleh juga nih ketua,” ujarnya. (jp)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: