Xi Jinping Batasi Perayaan Imlek demi Nol Kasus Covid-19
Reporter:
tiko|
Selasa 01-02-2022,20:10 WIB
Radartasik.com — Sebelum era virus Korona, liburan Tahun Baru Imlek menjadi tradisi pergerakan tahunan terbesar. Hampir 300 juta migran melakukan perjalanan tahunan kembali ke rumah alias mudik. Tahun ini warga tidak diizinkan kembali ke kota tempat mereka bekerja.
Pembatasan ini dilakukan Presiden Tiongkok Xi Jinping karena memiliki ambisi mencapai target nol kasus Covid-19. Putus asa untuk membendung penyebaran varian Covid-19 Omicron yang sangat menular, otoritas Tiongkok mendesak orang-orang agar tidak bepergian antarprovinsi.
Tentu saja hal itu membuat kecewa warga yang hendak melakukan perjalanan kembali ke rumah asal. Salah satunya Zhu, seorang pengemudi pengiriman di Shanghai. Ia adalah salah satu dari mereka yang berniat pulang ke rumah asal setelah satu tahun terpisah dari keluarganya di Anhui. “Saya harus kembali,” katanya.
Pekerja migran lain di Beijing, yang tidak menyebutkan namanya, juga bersikeras bahwa dia akan melakukan perjalanan panjang yang sama ke Shanxi. “Bagaimanapun, istri dan anak-anak Anda ada di rumah, jadi setidaknya Anda perlu mengunjungi keluarga Anda setahun sekali,” katanya putus asa.
Munculnya varian Omicron menjelang periode liburan telah mendorong pemerintah setempat untuk memberikan bantuan ekonomi bagi orang-orang yang memilih untuk tidak melakukan perjalanan pulang selama liburan.
“Mereka takut dengan apa yang terjadi di Wuhan dulu dan benar-benar takut bahwa itu mungkin terjadi lagi,” kata seorang ahli virologi dari Universitas Hongkong, Jin Dong-yan.
Pakar politik domestik Tiongkok di Brookings Institution, Diana Fu, mengatakan bahwa bagi Tiongkok, krisis kesehatan pada dasarnya adalah krisis politik, menguji legitimasi dan kapasitas negara satu partai.
“Pemerintahan Xi mengejar kebijakan nol Covid sejak awal pandemi dan telah berusaha keras untuk mencapai tujuan ini dengan segala cara,” katanya.
“Tujuan akhir dari semua kebijakan ini selalu mengarah pada meminimalkan kekacauan sosial, mengamankan legitimasi PKC (Partai Komunis Tiongkok),” jelasnya.
Tiongkok memang memiliki kontrol perbatasan yang ketat sejak pandemi dimulai. Dengan lebih sedikit visa yang tersedia untuk pebisnis dan keluarga mereka, dan karantina hingga tiga minggu untuk orang yang memasuki negara itu. (jpg/try)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: