Limbah Plastik Jadi Piring Cantik, Mendulang Rupiah, Selamatkan Lingkungan

Limbah Plastik Jadi Piring Cantik, Mendulang Rupiah, Selamatkan Lingkungan

radartasik.com, TASIK — Dengan kreativitas, limbah bisa menjadi barang bernilai jual.


Seperti yang dilakukan Sapri (61) warga Kampung Cijoho RT RW 1/3 Desa Sundakerta Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya yang mendaur ulang sampah plastik bungkus kopi dan bekas minuman kemasan diubah menjadi tikar, piring serta pernak-pernik lainnya.

”Saya belajar secara otodidak sejak tahun lalu. Setelah tidak lagi kerja di luar kota, saya kumpulkan plastik kopi bekas dan cangkang minuman kemasan kecil, seperti Teh Gelas, Ale-Ale dan minuman jenis lainnya,” ujarnya kepada Radar, Kamis (6/1/2022).

Sapri mengatakan, adapun cara membuat tikar dan piring dari bungkus kopi dan minuman kemasan kecil ini termasuk ramah lingkungan. Sebab, bisa membantu mengurangi sampah plastik. Selain itu, tentu saja hasil dari kerajinan ini bernilai rupiah.

Dalam sehari, ia bisa membuat satu jenis anyaman tikar yang terbuat dari bungkus kopi tersebut yang berukuran 1x2 meter, bahkan hingga ukuran 3x4 meter. Itu pun dikerjakan sendiri, tanpa bantuan orang lain.

Bungkus kopi yang ia kumpulkan sebelumnya dari para pedagang kopi, dibersihkan terlebih dahulu. Lalu digunting, disesuaikan dengan motif yang akan dibuat dengan penuh kehati-hatian dan rapi.

Satu tikar yang dibuat melalui kreativitas tangannya sendiri itu membutuhkan bungkus kopi sebanyak 7 ribu bungkus. Terkadang, ia mendapatkannya dari para pedagang kopi dengan cara barter. Bungkus kopi bekas dibarter dengan satu bungkus kopi isi siap saji.

“Selain membuat tikar, terkadang saya membuat tas, sejadah dan kerajinan lainnya. Tergantung pesanan juga. Jika ada yang memesan, bisa langsung dibuatkan sesuai permintaan,” kata dia.

Lanjut Sapri, selain membuat tikar dan pernak-pernik lainnya dari bungkus kopi bekas, ia pun membuat piring cantik dari bahan plastik kemasan minuman kecil.

Hampir setiap hari, ketika memiliki waktu luang, Sapri menganyam seorang diri. Dalam sehari, bisa membuat sebanyak 5 piring yang dianyam dan ditali dengan benang. Satu buah piring bisa menghabiskan sebanyak 70 kemasan bungkus minuman kecil.

Sapri mengumpulkan sendiri kemasan minuman kecil itu dengan berkeliling mencari ke beberapa titik. Terkadang ia membelinya ke tukang barbek dengan harga Rp 2.500/kg.

“Jadi saya manfaatkan saja plastik kemasan minuman ukuran kecil itu untuk dianyam menjadi piring cantik ini. Meskipun tidak banyak, tapi lumayan untuk dijual lagi,” ucapnya.

Terang Sapri, harga tikar, tas dan produk lainnya yang dijual dari bahan bekas bungkus kopi itu mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 700.000. Disesuaikan dengan motif dan ukurannya.

Adapun harga piring cantik dari bekas kemasan minuman ukuran kecil, ia jual dengan harga Rp 4.000 per satuannya.

Saat ini, hasil anyamannya baru dijual di wilayah desanya saja, namun tidak menutup kemungkinan jika ada yang order, ia siap menerima pesanan dari luar daerah.

“Walaupun tidak ada pesanan, saya akan terus membuat anyaman tikar dan piring plastik selama bahan-bahannya ada. Meskipun tidak ada modal, tapi bisa memanfaatkan limbah plastik ini menjadi bernilai ekonomis,” ucapnya.

Kesra Desa Sundakerta Dede Rudini mengatakan, inovasi warganya dalam hal pembuatan tikar dan piring dari limbah plastik harus dikembangkan untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.

“Produk tikar dan piring dari limbah plastik buatan Sapri tersebut sangat kreatif. Ini perlu dicontoh oleh yang lainnya, meskipun di usianya yang tidak muda lagi, namun masih semangat dan kreatif dalam berkarya,” kata dia. (obi)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: