WNI Paling Banyak Tertular Omicron Sepulang dari Turki
Reporter:
Usep Saeffulloh|
Kamis 30-12-2021,10:00 WIB
Radartasik.com, JAKARTA - Indonesia sudah mencatat 68 kasus Covid-19 varian Omicron sampai Rabu (29/12/2021). Paling banyak berasal dari perjalanan ke luar negeri. Terutama sepulang dari Turki, Inggris dan Uni Emirat Arab.
Dalam Podcast
Deddy Corbuzier, baru-baru ini, Menteri Kesehatan
Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bagaimana proses varian
Omicron ke Indonesia. Paling banyak ternyata mereka yang memiliki perjalanan dari Turki.
”
Omicron sudah masuk paling banyak dari Turki. Lalu London dan UEA. Rupanya banyak masyarakat kita suka liburan ke Turki saat ini. Di London kan sedang tinggi dan itu Eropa sama dengan Turki,” kata Menkes
Budi Gunadi Sadikin kepada
Deddy Corbuzier.
Untungnya, kata dia, kasus-kasus
Omicron ditemukan saat di wilayah karantina dan pintu masuk internasional. Namun dia menegaskan, sistem dan pengawasan karantina pasti bisa saja jebol.
”Beruntung ketemunya di karantina. Ketangkap di karantina. Tapi sehebat-hebatnya karantina kita, suatu saat akan ada yang lolos. Jebol juga,” ungkap
Budi Gunadi Sadikin.
Menkes Budi meminta masyarakat mewaspadai 3 hal sesuai keputusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO mengkategorikan varian memiliki tingkat bahaya itu berdasar 3 hal ini. Apa saja?
Penularan varian itu seberapa cepat.
Omicron paling cepat. Setiap dua hari akan terjadi penularan double atau ganda, lebih dari 2 hari sebelumnya. Dan terbukti tinggi di London, Inggris.
Escape Immunity
Kemampuan sebuah varian menangkal vaksin. Dalam penelitian atau jurnal, sebanyak 76 persen
Omicron bisa menular pada mereka yang sudah vaksin 2 kali.
”Jurnal sudah cukup lengkap bahwa sebagian besar vaksin, Pfizer, Moderna turun semuanya efikasinya. Dan bisa juga menulari mereka yang sudah terinfeksi,” ujar
Budi Gunadi Sadikin.
Menkes Budi menyebutkan kemungkinan besar tingkat keparahan varian
Omicron yakni antara 25—50 persen lebih mild atau ringan daripada Delta. Namun tetap saja wajib waspada berkaca dari Afrika Selatan.
”Kami sampai telepon orang Afrika Selatan, ternyata kasus di RS belum terlihat naik minggu pertama. Tunggu sebulan lagi baru kemudian melonjak. Nah lalu angka pasien di RS juga naik. Kemudian angka kematian naik setelah pasien sebulan masuk RS. Maka
Omicron ini bisa menyebabkan 40 persen lebih peak atau tinggi orang masuk RS dibandingkan Delta,” ujarnya.
”Kita harus waspada tetapi juga jangan paranoid,” ucap Budi. (jpc)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: