Sosok Tharfi Thufail, Pelajar SMP Al Muttaqin Peraih Medali Perak Olimpiade Sains Junior Internasional
Reporter:
tiko|
Rabu 22-12-2021,19:30 WIB
Tharfi Thufail Qays Al Hakim, pelajar kelas IX ini masuk dalam kontingen Indonesia dan berlaga di Olimpiade Sains Junior Internasional atau International Junior Science Olympiad (
IJSO) 2021 di Uni Emirat Arab, 12-21 Desember 2021. Hebatnya, pelajar berusia 14 tahun ini meraih
medali perak bersama pelajar dari SMP Darma Yudha Pekanbaru, Jack Howard, yang juga meraih
medali perak dalam ajang yang sama.
Putra pertama dari pasangan Ahmad Koswara, 46, dan Ina Mar'atus Solihah,39, ini cukup humble. "Silakan masuk kang. Maaf masih berantakan. Ini barang-barang saya. Semalam baru datang dari Bogor," katanya kepada radartasik.com.
10 hari Tharfi berada di Bogor mengikuti perlombaan olimpiade yang dihelat secara online tersebut. Hasilnya memang membanggakan.
"Alhamdulillah berkat dorongan doa dan dukungan dari semua, bisa meraih
medali perak. Bahagia dan senang sekali rasanya," terangnya.
Apa yang telah diraihnya saat ini, menurut Tharfi, adalah langkah awal. Dia tidak lantas puas. Ada mimpi yang masih harus dikejar. Yaitu
medali emas dalam ajang yang sama. "Ingin lebih meningkatkan lagi, baik di tingkat nasional dan internasional. Ya…
medali emas," sambungnya sambil tersenyum.
Untuk mengejar mimpinya ini, bagi Tharfi bukan perkara yang mudah. Rajin belajar, tentu saja menjadi pangkal utama. Ditambah kejelian pada pengamatan materi uji perlombaan, turut menjadi poin penting.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, untuk meraih hasil maksimal bisa mudah diraih. Sebab, kata dia, memahami dan mampu mengerjakan soal uji saja, itu tidak cukup. "Ketika mengerjakan soalnya hanya sedikit waktu dan mepet. Jadi harus cepat saat mengerjakan soal," ulasnya.
Tharfi dibesarkan oleh kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai
PNS di Pemkot Tasikmalaya dan Pemkab Tasikmalaya. Capaian prestasi ini tentu saja membuat keduanya bangga.
Aktivitas harian Tharfi tidak berbeda dengan anak-anak sebayanya. Berselancar di dunia maya pun sesekali dilakukan, hanya sekadar merefresh. "Kalau tak sekolah, paling belajar secara mandiri dan main di rumah. Kalau lagi santai paling main game,
PUBG," tambahnya.
Terjun mengikut lomba di ajang Internasional, diakuinya menjadi hal yang baru. Namun untuk tingkat Nasional, sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) sudah terbiasa dan tak pernah melewatkannya.
"Pelajaran paling senang adalah belajar
IPA, khususnya kimia. Karena kimia itu unik," jelas alumni SD Baiturohman itu.
(rezza rizaldi/radartasik.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: