Dua Santri Pulang Naik Truk, Banyak Faktor yang Membuat Kabur dari Pesantren

Dua Santri Pulang Naik Truk, Banyak Faktor yang Membuat Kabur dari Pesantren

radartasik.com, CIAMIS - Dua santri yang masih bersaudara, Ahmad Muhajir (14) dan Muhammad Fadlizen (12) yang kabur dari Pondok Pesantren Riyadul Muta'alimin Kecamatan Cikoneng beberapa hari lalu, diketahui sudah pulang ke rumahnya di Karawang. Hal itu diungkapkan Pengasuh Pondok Pesantren Riyadul Muta'alimin Enur Nurjanah kepada Radar, Senin (8/11/2021).


“Saya baru mendapatkan kabar hari ini (kemarin) dari orang tuanya bahwa dua santri bersaudara itu sudah pulang dan sampai di rumahnya, Karawang. Informasinya sampai di Karawang sore kemarin (Minggu),” ujarnya, menjelaskan.

Awalnya, kata dia, pihaknya khawatir kedua santri bersaudara itu tidak pulang ke rumahnya. Karena, informasi yang masuk mereka hanya membawa uang sedikit dan tidak cukup untuk pulang ke Karawang. “Tapi alhamdulillah sampai juga dengan selamat setelah ada kabar dari orang tuanya,” kata dia, menambahkan.

Kata dia, mereka bisa sampai ke Karawang dengan menumpang truk atau kendaraan yang melintas. “Mereka terus nebeng ke kendaraan-kendaraan seperti truk dan lainnya sehingga bisa sampai ke rumahnya,” ujar dia, menjelaskan.

Sampai saat ini, kata dia, pihaknya tidak habis pikir kenapa santri bersaudara ini kabur, bahkan sampai tiga kali. Padahal, tidak ada permasalahan apa-apa, aktivitas di pesantrennya pun biasa saja tidak ada yang aneh.

Pakar Hipnoterapis, dr Gumilar SPd MM Ch CHt pNNLP mengatakan, adanya santri yang sering kabur dari pesantren tidak ada yang perlu disalahkan. Namun harus melihat dari berbagai sudut pandang untuk mengetahui faktornya. “Dalam persoalan ini tidak bisa menyalahkan anak, orang tua atau pesantren atau yang lainnya,” kata dia, menambahkan.

Lanjut dia, memang ada beberapa faktor santri kabur dari pesantren, seperti rindu rumah. Biasanya mereka ingin ketemu dengan ibu dan ayahnya, kaka, adik serta anggota keluarga lainnya. Karena keadaan di rumah membuat mereka bisa bercanda yang membuat menyenangkan.

“Sementara di pesantren tidak didapatkan, sehingga mereka benar-benar rindu suasana rumah dan akhirnya memberanikan diri kabur untuk bisa pulang ke rumahnya,” ujar dia, menjelaskan.

Kemudian, kata dia, faktor lainnya adalah motivasi internal, misalnya mereka tidak merasa punya minat belajar atau mendalami tentang ilmu keagamaan, karena kecerdasan, karakter setiap orang berbeda-beda. Sementara orang tuanya memilih memasukannya ke pesantren, akhirnya tidak dengan ikhlas sehingga menyebabkan anak tersebut kabur. (isr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: