Saung Tafakur di Kawasan TPU yang Bakal Jadi Kawasan Wisata Religi di Sukaratu

Saung Tafakur di Kawasan TPU yang Bakal Jadi Kawasan Wisata Religi di Sukaratu

radartasik.com SUKARATU - Warga Kampung Tawang Banteng RT 02 RW 01, Desa Tawang Banteng Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, membuat Saung Tafakur di dekat lokasi Tempat Pemakaman Umum (TPU).


Inisiator Saung Tafakur, Husni Amin mengatakan, awal mulanya memberi nama itu dikarenakan agar masyarakat di Tawang Banteng, khususnya, dapat lebih mengingat kepada Sang Pencipta, yaitu Allah SWT.

"Memberi nama saung tafakur itu, sebagai tempat kita ngaji diri dan melihat bahwa suatu saat kita juga sama akan dikubur dan akan meninggal seperti ini. Suatu saat juga, kita akan berada di lokasi yang sama, di tempat yang sama, hanya waktu saja yang berbeda," ujarnya kepada Radar, Senin (01/11/21).

Husni menyebutkan, masyarakat menginginkan lokasi tersebut untuk dijadikan kawasan wisata.

Tujuannya, agar membuat masyarakat tidak merasa takut ketika pergi ke tanah kuburan.

"Ini bisa menjadikan wisata religi dan berziarah kepada yang sudah meninggal," katanya.

Inspirasinya, kata dia, adalah instruksi kepala desa agar di setiap desa, harus bisa membuat saung-saung pertemuan sebagai tempat berkumpulnya masyarakat untuk musyawarah sesuatu hal.

Kebetulan, masyarakat ingin membuat tempat pertemuan tersebut yaitu di saung tafakur yang tepatnya di wilayah pekuburan.

Hal ini untuk lebih menjadi pendalaman diri supaya bisa mengingat kepada sang pencipta.

Untuk kegiatan di saung tafakur, setiap musyawarah terutama bersama para RT, selalu bermusyawarah dalam segala hal. 

"Contohnya seperti kemarin, warga bermusyawarah saat akan mengadakan pengajian memperingati maulid nabi yang dilaksanakan di tingkat DKM," ungkapnya.

"Kami bermusyawarah di saung tafakur karena lebih sejuk, dan berbeda dengan tempat-tempat yang lainnya," sambungnya.

Sementara itu, Kepala Desa Tawang Banteng, Nandang Abdul Ajiz mengatakan, jalur menuju TPU tersebut merupakan jalur yang ditakuti oleh masyarakat.

Sementara TPU itu sendiri merupakan "rumah" tempat manusia kembali kepada yang Maha Kuasa. 

"Mau ditakuti atau tidak ditakuti, kita akan kembali ke Yang Maha Kuasa. Pada waktu itu ada beberapa gagasan. Diantaranya, bahwa bagaimana jalan tersebut menuju pemakaman jangan diidentikkan dengan mistis, melainkan harus ada ruang-ruang yang perlu digali," kata dia.

Kemudian, ujar Nandang, dibuatlah bale sawala yang namanya adalah saung tafakur. 

Saung itu merupakan ruang untuk berdiskusi dan musyawarah masyarakat. "Alhamdulillah setiap hari Jumat dilaksanakan gotong- royong membersihkan dan merapikan TPU," imbuhnya. 

Selain itu, lanjut Nandang, ada gagasan ingin dijadikan wisata religi. Sebab, ketika ke makam itu bukan hanya mengantarkan orang yang meninggal saja, melainkan betul-betul menjadi tempat tasyakur dan tafakur. 

Dengan demikian, ke depan ada ruang-ruang yang bisa digali potensinya untuk wisata.

Seperti pada irigasi itu rencana RT RW dan para tokoh masyarakat ingin membuat ikan keramba.

"Ada gagasan ingin ada wisata kuliner di kawasan itu. Setiap hari minggu biasanya warga ke kota. Namun jika ada di tempat kita, ya pada akhirnya ekonomi masyarakat di sana untuk kalangan menengah kebawah bisa bangkit," tuturnya.

"Di jalur-jalur sekitaran TPU itu, nanti akan ditanami sayur-sayuran dan juga apotek hidup. Nantinya dapat merubah mindset atau merubah pandangan yang tadinya menyeramkan, ke depannya menjadi sesuatu yang mengasyikkan dan menghasilkan yang bermanfaat bagi masyarakat," ucap Nandang menjelaskan. 

(radika robi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: