Kebutuhan di Kota Tasikmalaya Didominasi dari Luar Daerah, Peternak Telur Lokal Tersisihkan

Kebutuhan di Kota Tasikmalaya Didominasi dari Luar Daerah, Peternak Telur Lokal Tersisihkan

radartasik.com, TASIK - Produksi telur ayam dari para peternak di Kota Tasikmalaya masih jauh di bawah kebutuhan masyarakat. Sehingga penjualan telur peternak lokal seolah tersingkirkan oleh supplier dari luar yang lebih mendominasi.


Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan Perikanan dan Peternakan (DKPPP) Kota Tasikmalaya, kebutuhan telur dalam sehari mencapai 15,2 ton. Karena telur seolah menjadi kebutuhan primer dari mulai rumah tangga, juga rumah makan, warung nasi sampai jajanan.

”Jadi memang cukup banyak kebutuhan telur di Kota Tasik ini,” ungkap KepalaDKPPP Kota Tasikmalaya H Tedi Setiadi kepada Radar, Selasa (5/10/2021).

Sementara, kata dia, ketersediaan dari peternak lokal setiap harinya baru mencapai 5,53 ton. Jumlah tersebut merupakan total produksi dari 97 peternak ayam petelur di Kota Tasikmalaya. “Kekurangannya kita manfaatkan suplai dari Blitar, Semarang, Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya,” kata Tedi.

Secara logika, seharusnya para peternak ayam petelur tidak kesulitan mendapatkan konsumen karena kebutuhan yang lebih tinggi dari ketersediaan. Namun kemungkinan pedagang pasar terbilang bebas memilih sumber telur. “Ya mungkin karena lebih banyak yang mengandalkan suplai dari luar,” ucapnya.

Maka dari itu, Wali Kota Tasikmalaya H Muhammad mengeluarkan instruksi kepada OPD-OPD guna membantu para peternak lokal. Supaya para pegawai diharuskan untuk belanja telur lokal. “Minimal satu pegawai itu belanja satu kilo, dan kita rekomendasikan 97 peternak lokal yang ada,” terangnya.

Untuk memastikannya, para pegawai harus melaporkan bahwa sudah membeli di peternak lokal. Laporannya akan dikoordinasikan oleh masing-masing OPD untuk setiap pegawainya. ”Jadi semuanya harus melapor bahwa sudah membeli telur dari peternak lokal,” ucapnya.Instruksi tersebut berlaku sampai 4 November 2021 dan bisa kembali dilanjutkan sesuai kondisi. H Tedi Setiadi berharap hal ini bisa memupuk kebiasaan pegawai untuk peduli terhadap para peternak lokal. “Kita harap ini berkelanjutan,” ucapnya.

Disinggung perlunya ada kebijakan yang sifatnya jangka panjang, perlu ada kajian lebih jauh. Karena di waktu normal, para peternak lokal pun tidak mengalami masalah. “Ini kan baru sebatas insidental, jadi kita lihat saja perkembangan ke depannya,” ucapnya.

Jaga Optimisme

Harga telur ayam ras terus jatuh. Ikatan Pegawai Bank Indonesia (IPEBI) Tasikmalaya melakukan gerakan solidaritas borong telur dari peternak.

Aksi itu, bertujuan menyerap telur dari peternak lokal di Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 897 kilogram (kg) dengan harga pasar Rp 18.500 per-kg. Itu dalam rangka membantu peternak telur karena telur mengalami penurunan harga komoditas yaitu Rp 17.000.

Telur yang diborong tersebut kemudian disalurkan untuk kegiatan bakti sosial Bank Indonesia Religi (BI Religi) yang sinergi dengan Ikatan Pegawai Bank Indonesia (IPEBI) Tasikmalaya dengan tajuk “Infak Telur”.

Infak Telur ini kemudian disalurkan ke 13 titik lembaga sosial, salah satunya ke Yayasan Mentari Hati (Yayasan yang merawat ODGJ) sebanyak 210 kg, Jumat (1/10/2021). Selanjutnya akan road show ke lembaga lainnya seperti ponpes, panti asuhan lainnya.

“Kepedulian sosial ini untuk menjaga optimisme produsen telur ayam ras lokal yang sering menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi,” kata Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Tasikmalaya Nurtjipto kepada Radar, Jumat (1/10/2021).

Sebab, menurut Nurtjipto, telur ayam sering memiliki volatilitas yang tinggi. Pada rilis inflasi Agustus 2021 berdasarkan hasil survei BPS, telur ayam ras menjadi salah satu dari penyumbang inflasi tertinggi. Sedangkan September 2021, TPID Kota Tasikmalaya melakukan langkah identifikasi ke pasar rakyat utama di Kota Tasikmalaya yaitu Pasar Cikurubuk, dan mendapatkan konfirmasi dari beberapa pedagang bahwa stok telur aman tersedia namun peminat pembeli cukup rendah.

“Hal ini sehubungan kebijakan PPKM yang cukup membatasi mobilitas dan beberapa bantuan kepada masyarakat khususnya menengah ke bawah telah terpenuhi melalui program bantuan pangan secara langsung,” ujarnya.

Dengan begitu, masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan pokoknya, mengurangi konsumsi ke pasar. Fenomena tersebut berdampak pula terhadap penyerapan konsumsi komoditas pangan telur dan ketersediaan pasokan yang melimpah sehingga menekan daya tawar peternak telur ayam ras mengalami penurunan harga yang signifikan.

“Agar tidak berlarut-larut, wujud kepedulian kepada produsen telur atau peternak lokal, juga datang dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya bekerja sama dengan TPID Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya berkoordinasi agar dapat berkontribusi dalam penyerapan hasil produksi lokal,” katanya.

Tujuannya untuk menjaga optimisme pelaku usaha khususnya peternak ayam ras petelur agar tetap bisa mempertahankan kemampuan produksinya di masa pandemi. Karena dapat berpotensi menjadi kerawanan pangan ke depannya apabila para produsen mengurangi jumlah produksinya saat ini.

“Kepedulian ini dapat menjadi masukan dan percontohan yang dapat direplikasi oleh berbagai pihak, baik instansi maupun lembaga lainnya. Caranya dengan membeli produk lokal untuk kegiatan kepedulian sosial di masa pandemi yang berbentuk pangan langsung kepada masyarakat yang tidak mampu,” ujarnya.

Kelebihan Stok

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan alasan di balik melimpahnya stok telur dan membuat harga telur anjlok di pasaran.

Menurut dia, kelebihan stok terjadi karena hotel, restoran, dan toko-toko tidak maksimal dalam menyerap jumlah telur akibat PPKM. Sehingga ini harus disikapi sebagai masalah lintas sektor. ”Telur yang berlimpah dikarenakan hotel, restoran, dan toko-toko tidak maksimal karena ada PPKM,” kata Syahrul, Kamis (7/10/2021).

Syahrul mengaku tengah mempersiapkan beberapa agenda untuk menangani masalah telur. Salah satunya dengan menguatkan industri telur yang ada. ”Agenda permanen kami adalah membuat industri-industri telur dan ini kami yakin bisa dilakukan,” ujarnya.

Sebelumnya, harga telur ayam mengalami penurunan yang signifikan. Pada akhir September, satu kilogram telur dihargai Rp13.800. Padahal HPP telur idealnya adalah Rp 20.500 per kilogram. (rga)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: