Benarkah Ini Penyebab Harga Telur Anjlok? Pemkab Ciamis Harus Beri Subsidi Peternak

Benarkah Ini Penyebab Harga Telur Anjlok? Pemkab Ciamis Harus Beri Subsidi Peternak

radartasik.com, CIAMIS - Anggota Komisi II DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi PKS Dapil XIII H Didi Sukardi SE menyikapi persolan harga telur yang anjlok dan pakan ayam melambung.


“Pertama harus ada proteksi buat petani. Di mana proteksi itu ada dua, pertama protkesi pasar, artinya jangan masuk barang-barang dari luar daerah. Tapi optimalisasi barang dari petani yang ada di daerah itu sendiri,” ujarnya kepada Radar, Selasa (5/10/2021).

Menurut dia, saat ini program seperti BPNT yang komoditasnya ada telur dan lainnya bisa membeli dari peternak lokal. Tinggal pemerintah mengarahkannya kepada pihak ketiga supaya mereka bisa membeli telur kepada peternak lokal. “Itu yang disebut produksi pasar,” ujar dia, menjelaskan.

Kemudian, kata dia, berkaitan biaya produksi yang mahal harus diberikan subsidi oleh pemerintah. Sehingga, beban para peternak bisa terbantu, apalagi kondisi harga jual telurnya saat ini sedang anjlok. “Tinggal hitung kebutuhannya, misalkan dari peternak telur menjual Rp 15 ribu per kilogram. Nah harga pokok produksinya dari per kilo itu berapa, selisih itu yang disubsidi pemerintah,” ujar dia, menjelaskan.

Menurut dia, memang itu disesuaikan dengan kemampuan daerah bantuan subsidi yang diberikannya. “Intinya pemerintah daerah harus ada keberpihakan sesui kemampuan tentunya. Misalnya memberikan subsidi Rp 2 miliar per tahun,” jelasnya.

Didi menyampaikan, terkait pakan yang mahal memang sulit mengendalikan, karena dikendalikan oleh pabrik swasta, bahkan bisa luar negeri. “Kalau bisa fungsinya Dinas Pertanian dan Dinas Peternakan, bagaimana membuat program yang sinergi. Sehinga telur itu bisa terkoneksi langsung dengan petani yang kemudian peternak ayam petelur ini bisa membeli pakan dari petani yang memang disiapkan untuk menyuplai kepada peternak,” kata dia, menjelaskan.

“Yang kita pertanyakan apakah sinergi ini sudah dibangun atau belum oleh Dinas Peternakan dan Dinas Perikanan. Kalau belum, bisa saja petani jagung menjual hasil panennya ke daerah lain,” kata dia, menambahkan.

Peternak ayam petelur di Kecamatan Tambaksari Sarif Hidayat menambahkan, selama menjadi peternak ayam petelur lima tahun, baru kali ini terpuruk kondisi harga telur anjlok ditambah pakan terus melambung. “Saat ini di peternak menjual Rp 17 ribu terbilang murah, kalau dulu bisa menjual lebih dari itu dan lumayan untuk menutup biaya produksi,” ujar dia, menjelaskan. 

Padahal, kata dia, setiap hari bisa produksi telur ayam sampai 40 kilogram. Memang, biasanya menjual langsung ke pasar atau langganan toko. Sehingga tidak mengikuti bersama pihak ketiga untuk BPNT. “Sekarang, karena banyaknya bantuan telor dari program BPNT jadi sepi penjualan telor dan dampaknya harga anjlok,” ujar dia.

Menurut dia, setiap hari hasil menjual telur dibelikan untuk pakan ayam. Namun, ketika telurnya murah dan tidak laku jelas sulit untuk membeli pakan. “Saya memelihara ayam petelur ada 1.200 ekor,” kata dia, menambahkan. (isr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: