Putin: Ukraina Telah Menghentikan Pembicaraan Damai

Putin: Ukraina Telah Menghentikan Pembicaraan Damai

Radartasik, Pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina secara "de facto ditangguhkan" oleh Kiev, kata Presiden Vladimir Putin. Dia membuat pernyataan selama panggilan telepon dengan rekannya dari Finlandia, Sauli Niinisto.

Diskusi difokuskan pada keinginan Finlandia untuk menjadi anggota NATO. Menurut kantor presiden Finlandia, Niinisto mengatakan kepada Putin bahwa negaranya akan membuat keputusan untuk bergabung dengan blok militer pimpinan AS dalam beberapa hari.

"Vladimir Putin, khususnya, berbagi penilaiannya tentang keadaan proses negosiasi antara perwakilan Rusia dan Ukraina, yang telah ditangguhkan secara de facto oleh Kiev, yang belum menunjukkan minat dalam dialog yang serius dan bermakna," kata Kremlin dalam sebuah pernyataan dikutip dari Russian Today.

Putin memperingatkan bahwa langkah Helsinki untuk meninggalkan “kebijakan tradisional netralitas militer” akan menjadi kesalahan, ia menekankan tidak ada ancaman terhadap keamanan Finlandia dan langkah tersebut mungkin berdampak negative pada hubungan saling menguntungkan antara kedua negara.

BACA JUGA:Setelah Ukraina Diserang Rusia, Finlandia Ingin Gabung NATO

Tetangga Finlandia, Swedia, juga mempertimbangkan keanggotaan NATO dan dapat mengajukan permohonannya paling cepat Senin besok menurut laporan media lokal.

Rusia menyerang Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Kiev untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014

Pengakuan Moskow atas republik Donbass, Donetsk dan Lugansk menindak lanjuti protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis yang dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Sedangkan Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: russian today