Hati-hati Beli dan Coba Alat Swab Antigen Sendiri, Hasilnya Bisa Negatif Palsu
Reporter:
radi|
Sabtu 14-08-2021,10:17 WIB
Radartasik.com, JAKARTA — Maraknya penjualan alat tes swab antigen di platform online membuat masyarakat ikut tertarik untuk membeli. Mereka umumnya tertarik karena harganya yang lebih murah, lalu mencoba sendirinya di rumah ketimbang pergi ke klinik atau dilakukan oleh ahlinya. Padahal melakukan tes swab antigen sendiri, hasilnya belum tentu akurat.
Ahli Spesialis Penyakit Dalam yang juga Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban dalam kicauannya mengatakan hasil dari tes usap atau swab antigen memang cukup cepat. Ia menilai saat ini alat tes tersebut ramai diperjualbelikan di e-commerce. Sehingga banyak orang melakukan tes secara mandiri yang berisiko menghasilkan false negative atau negatif palsu.
“Yang utama adalah saya tidak menganjurkan Anda melakukan tes swab antigen mandiri. Betul hasilnya cepat dan tidak perlu antre. Harganya juga terjangkau dibandingkan di fasilitas kesehatan. Tapi bagaimana dengan tingkat akurasinya? Bagaimana kalau pengambilan sampelnya salah?,” ungkapnya dalam kicauannya yang sudah dikonfirmasi JawaPos.com, Sabtu (14/09/2021).
Ia mencontohkan memasukkan cotton bud panjang ke hidung hingga tiba di nasofaring juga bukan perkara mudah. Ada kemungkinan jika dilakukan mandiri itu hanya sampai rongga hidung saja. “Dan yang terambil itu adalah air liur, bukan lendir,” katanya.
Prof Zubairi menilai pemeriksaan sampel air liur ini tentu lebih sulit dalam mendeteksi virus dan cenderung menunjukkan hasil negatif. Lalu, bagaimana jika tes usap mandiri itu menunjukkan hasil positif? “Hal ini yang menurut saya cukup berbahaya bagi pasien,” tuturnya.
Persoalannya, lanjutnya, kalau hasilnya itu positif, orang tersebut tidak bisa menentukan sendiri bahwa cukup isolasi mandiri begitu saja dan belum tentu benar. “Beberapa orang yang positif kan memerlukan perawatan yang intensif di rumah sakit. Seperti diinfus, dapat suntikan Heparin, tambah oksigen, obat-obat Dexamethasone, Remdesivir, Favipiravir, dan lainnya,” ungkapnya.
“Kalau orang itu seharusnya perlu tindakan-tindakan medis tadi, kemudian tidak mendapatkannya, ya akan berbahaya untuk jiwanya,” tutur Prof Zubairi.
Menurut Prof Zubairi, kecuali pemakaian alat tes usap tadi dipandu dan dimonitor oleh profesional. Misalnya melalui video call, Zoom atau apapun yang bisa memberi tahu orang itu benar atau salah dalam pemakaiannya.
“Kalau diketahui positif, ya berlanjut dengan konseling. Penting untuk dicatat, tes antigen hanya screening awal. Hasilnya harus tetap dikonfirmasi dengan tes usap PCR,” jelasnya.
Menurutnya, seseorang juga harus melapor ke petugas puskesmas jika hasil tes antigen positif. Hal itu demi kepentingan pendataan dan memutus mata rantai penularan Covid-19. (jpg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: