Nah Loh, Hanya 25 Persen Penderita Mengetahui Dirinya Alami Diabetes

Nah Loh, Hanya 25 Persen Penderita   Mengetahui Dirinya Alami Diabetes

Radartasik.com — SESEORANG sering tidak sadar jika gula darahnya yang mulai tinggi maka berisiko terkena diabetes. Padahal diabetes sendiri merupakan pemicu bagi penyakit lainnya seperti jantung dan stroke. 
Ketua Jakarta Diabetes Meeting 2021 Dr. dr. Wismandari Wisnu, Sp.PD, KEM, menjelaskan bahwa diabetes merupakan penyakit yang perlu pengelolaan tepat agar mengurangi risiko komplikasi penyakit kardiovaskular. Karena berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 mencatat prevalensi Diabetes Melitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9 persen pada 2013 menjadi 8,5 persen pada tahun 2018.
Angka ini menunjukkan bahwa baru sekitar 25 persen penderita diabetes yang mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes. Prevalensi Diabetes Melitus (DM) pada penduduk berusia ≥15 tahun mencapai 10,9 persen. Angka tersebut hampir meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
Sementara itu menurut estimasi WHO pada 2016, diabetes merupakan salah satu dari penyebab kematian terbanyak di Indonesia, dimana menyebabkan 6 persen dari seluruh total kematian. Diperkirakan, diabetes ini juga akan menyebabkan hilangnya pengeluaran ekonomi Indonesia sebesar 0,2 triliun dolar dari 2012 hingga 2034
“Secara sederhana, diabetes mengacu pada sekelompok penyakit yang mempengaruhi bagaimana tubuh menggunakan gula darah atau glukosa,” katanya secara daring dalam konferensi pers Diabetes dan Dislipidemia, Kamis (12/08/2021).
“Diabetes, yang terjadi adalah kelebihan gula dalam darah dan hal ini akan memunculkan masalah kesehatan yang lebih serius,” tutur dr. Wismandari.
Menurutnya, diabetes sendiri dibagi menjadi dua, yaitu Tipe 1 dan Tipe 2. Tipe 1 terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel penghasil insulin. Sedangkan pada DM tipe 2, tubuh tidak bisa menggunakan insulin secara normal dan pada akhirnya pankreas akan mengalami kegagalan dalam menghasilkan insulin.
“DM tipe 2 seringkali tidak bergejala hingga menimbulkan komplikasi,” katanya.
Apa saja gejalanya?Terdapat gejala klasik DM tipe 2, yakni sering haus (poliuria), sering pipis dan banyak pipis (polidipsia), sering merasa lapar (polifagia), dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Gejala lain dapat berupa badan terasa cepat lelah, kesemutan, gatal, pandangan kabur, gangguan ereksi pada laki-laki, serta gatal-gatal di kemaluan pada perempuan.
“Penting untuk segera memeriksaan diri ke dokter jika merasakan gejala-gejala tersebut. Hal ini penting, karena diabetes bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya,” jelasnya.
Selain itu, peningkatan kadar gula darah merupakan salah satu komponen sindroma metabolik yang merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular sendiri merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi pada penderita Diabetes. Seorang penderita diabetes dua kali lebih mungkin menderita penyakit jantung atau stroke daripada seseorang yang tidak menderita Diabetes.
Ancaman Penyakit LainPenyakit kardiovaskular yang sering terjadi sebagai komplikasi pada diabetes adalah penyakit jantung koroner (PJK), stroke dan penyakit arteri perifer (PAP). Dalam presentasinya ia juga mengatakan ketiga penyakit tersebut terjadi jika ada sumbatan plak aterosklerosis di pembuluh darah, yang kemudian menyebabkan aliran ke jaringan terganggu dan kemudian menyebabkan kerusakan hingga kematian jaringan. Pada PJK yang terkena adalah pembuluh darah jantung, pada stroke adalah pembuluh darah di otak, dan pada PAP pembuluh darah yang terkena terutama di tungkai.
“Salah satu terapi utamanya adalah insulin. Penggunaan insulin pada pasien dengan Diabetes memiliki peran yang sangat penting, khususnya ketika penggunaan obat-obatan tidak lagi memberikan respons yang adekuat untuk mengontrol gula darah atau kondisi khusus pada penyakit akut, tindakan pembedahan, atau kehamilan,” lanjut dr. Wismandari.
Berdasarkan durasi kerja insulin, insulin terbagi menjadi insulin kerja panjang dan insulin kerja pendek. Akan tetapi, dengan perkembangan teknologi, saat ini dimungkinkan adanya kombinasi insulin kerja panjang dan insulin kerja pendek dalam 1 buah sediaan.
“Hal ini memungkinkan pasien dengan DM untuk melakukan penyuntikan insulin dengan lebih jarang dengan kondisi gula darah yang lebih stabil tanpa disertai adanya kondisi hipoglikemia,” tutupnya. (jpg)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: