Penyekatan di Kota Tasik Tekan 15% Mobilitas Warga
Reporter:
syindi|
Rabu 14-07-2021,11:16 WIB
radartasik.com, CIHIDEUNG — Meski hasil evaluasi pusat penekanan mobilitas masyarakat di Kota Tasikmalaya hanya di kisaran 15 persen. Satgas Covid-19 Kota Tasikmalaya belum berencana mengubah skenario pembatasan.
Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP Doni Hermawan menjelaskan pelaksanaan PPKM Darurat dalam satu pekan terakhir sudah ada penurunan aktivitas masyarakat. Meski masih terbilang cukup jauh dari target, yakni penekanan mobilitas sampai dengan 30 persen.
“Sudah ada penurunan aktivitas sebetulnya, evaluasi pusat saja oleh Pak Menko Menves kita di angka 15 persen penurunannya. Namun betul, target dari penurunan aktivitas di masa PPKM Darurat ini, khususnya menghadapi jenis Covid-19 varian alfa, kita diharapkan bisa menekan sampai 30 persen,” tuturnya disela meninjau penyekatan pusat kota, Selasa (13/7/2021).
Secara umum, lanjut dia, penurunan mobilitas itu buah dari penyekatan, penghentian aktivitas sejumlah jenis usaha non esensial, pengaturan operasional sektor esensial dan krusial.
Ditambah lagi adanya pembatasan kapasitas perkantoran atau instansi tertentu yang diatur untuk work from home mulai 50 persen sampai 75 persen.
“Namun untuk penyekatan, sampai saat ini masih kita laksanakan seperti kemarin. Setiap pagi sampai malam hari, dengan memberi keleluasaan juga bagi publik yang dalam kondisi mendesak, selain itu kita imbau putar balik kendaraannya ketika hendak masuk ke jalur-jalur yang kita sekat,” kata dia.
Doni menuturkan terdapat tiga ring penyekatan, pertama dimulai dari jalur-jalur protokol seperti ruas jalan utama. Kedua jalur pusat keramaian dan kepadatan aktivitas masyarakat, ketiga jalur antar daerah yang biasa dilalui pengendara dari dan dalam kota.
“Hal itu kita laksanakan secara kolaboratif bersama dengan unsur terkait, termasuk kami juga berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 daerah sekitar seperti Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya, penyamaan pola penyekatan dan waktu pelaksanaan,” ujarnya memaparkan.
Pihaknya tidak menampik Kota Resik merupakan sentral aktivitas bagi penduduk daerah sekitarnya. Secara perekonomian, banyak jenis usaha, bisnis, niaga di pusat kota dan terbilang mempengaruhi bagi daerah sekitarnya.
“Maka kita akan terus laksanakan dulu penyekatan, sambil mengevaluasi apa saja yang masih dibutuhkan untuk perbaikan. Tetapi, mayoritas pengendara yang biasa lalu-lalang di pusat kota kelihatan sudah memahami dan harus mencari jalan alternatif lain untuk menuju titik tertentu,” ceritanya.
Upaya menekan mobilitas dan aktivitas masyarakat lainnya, pihak satgas juga menempuh sosialisasi dan imbauan. Termasuk melakukan penegakan hukum baik yustisi mau pun non yustisi. Beberapa pelanggaran PPKM Darurat pun sudah ditemukan, mulai dari jenis usaha kuliner, toko modern dan lain sebagainya.
“Ketika masih bandel maka kita lakukan penegakan hukum. Namun, disamping itu kita juga sudah banyak melakukan teguran lisan, tercatat sudah ada 581 yang kita tegur, tidak semua disanksi, misal masyarakat perorangan tak pakai masker kita tegur lisan, konsumen yang masih makan di tempat kuliner kita juga tegur secara lisan,” kata Doni.
Pihaknya pun mengakui ketika sejumlah ruas jalan ditutup, banyak aktivitas masyarakat kecil yang terdampak. Maka, Polres juga melakukan bakti sosial dan memberikan sembako bagi semisal pengayuh becak, juru parkir dan warga kurang mampu yang menjalani isolasi mandiri.
“Kita juga sambil mengecek pelaksanaan isoman warga seperti apa, bersama tim satgas wilayah setempat. Supaya tidak ada lagi warga tidak terperhatikan saat isoman dan meninggal dunia,” harapnya.
Sementara itu, salah seorang pengendara Wawan Hermawan (49), mengaku harus parkir di tempat jauh ketika hendak berkunjung ke saudaranya di wilayah Cihideung Balong.
Terkadang ia mencari jalur tikus untuk memutar agar akses ke kerabatnya itu bisa lebih dekat. “Ya mau gimana lagi, risiko kita ada sanak saudara di pusat keramaian jadi harus memutar atau parkir di ujung pembatasan dan jalan kaki,” kata karyawan swasta itu.
Warga lainnya, Isnaini Nurhotimah (32) terpaksa harus jalan kaki ke swalayan di HZ Mustofa. Menurutnya aktivitas di pusat kota memang terlihat lenglang, ketika ada penyekatan. Namun, di jalur luar penyekatan ia menilai kondisi normal saja.
“Ketika saya berbelanja ke swalayan di sekitaran Mitrabatik, ramai-ramai saja seperti tidak sedang PPKM Darurat. Memang di pusat kota terlihat sepi hanya yang belanja kebutuhan saja,” ucap dia.
(igi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: