Penendang Penalti Euro Kena Rasis, Neville Kecam Perdana Menteri

Penendang Penalti Euro Kena Rasis, Neville Kecam Perdana Menteri

Radartasik.com, JAKARTA — Perdana Menteri Boris Johnson dikecam legenda Manchester United Gary Neville. Ia menyampaikan itu setelah beberapa pemain Inggris dilecehkan secara rasial usai final Euro 2020, Senin (12/07/2021) dini hari WIB.

Neville berpendapat sikap rasis sudah dimulai dari kalangan pemerintah dengan menyatakan ”itu dimulai dari atas”.

Marcus Rashford, Jadon Sancho dan Bukayo Saka semuanya gagal mencetak gol dalam kekalahan adu penalti dari Italia di Wembley.

Sejak peluit akhir, penampilan luar biasa Inggris di turnamen telah dibayangi oleh insiden pelecehan yang hadir di media sosial.

Johnson mengeluarkan pernyataan yang mengutuk pelecehan tersebut. Namun, Neville yakin dia harus bertanggung jawab. Karena, menurut dia, pemerintah sudah membiarkan hal ini terjadi begitu lama.

”Saya baru saja membaca berita terbaru, dikatakan bahwa PM mengutuk pelecehan rasis terhadap pemain Inggris. Southgate dan para pemain beberapa minggu yang lalu, lima hari berlari, memberi tahu kami bahwa mereka berlutut untuk mempromosikan kesetaraan dan itu menentang rasisme,” kata Neville.

”Perdana menteri mengatakan tidak apa-apa bagi penduduk negara ini untuk mencemooh para pemain yang mempromosikan kesetaraan dan memerangi rasisme,” lanjut Neville, Selasa (13/07/2021).

”Ini dimulai dari yang paling atas. Jadi bagi saya, saya tidak terkejut sedikit pun ketika saya terbangun dengan berita utama itu,” kata dia.

”Faktanya adalah, ada masalah di dalam sepak bola dan di dalam masyarakat di mana kami pikir mengkritik pemain karena tindakan olahraga dapat diterima karena warna kulit mereka,” sambung dia.

”Saya tidak mengatakan bahwa setiap individu yang telah mengarahkan pelecehan itu tidak boleh bertanggung jawab, mereka benar-benar harus melakukannya, tetapi begitu juga perusahaan media sosial,” ujar mantan kapten Timnas Inggris ini.

”Tapi perlu adanya pertanggungjawaban dalam permainan, dengan FA dan organisasi lain, UEFA dan FIFA, sehingga kami melihat hukuman atas insiden ini akhirnya sesuai dengan kejahatan karena orang-orang dilecehkan. Benar-benar konyol bahwa pada tahun 2021 kami masih berbicara tentang ini,” tukasnya. (pa/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: