Jangan Buang Waktu Lantaran Pilih Jurusan

Jangan Buang Waktu Lantaran Pilih Jurusan

radartasik.com, JAKARTA - Memilih jurusan, di SMA atau perguruan tinggi, kerap memusingkan orang tua maupun anak. Sudah banyak pertimbangan, eh, opsi yang dipilih masih kurang pas. Tidak sedikit yang akhirnya memutuskan pindah jurusan, bahkan mogok belajar karena studi yang tak menyenangkan.


Begitu banyak pilihan studi setelah lulus SMA. Ada perguruan tinggi negeri dan swasta. Ada program sarjana, vokasi hingga pelatihan bersertifikat. Biaya dan fasilitas yang ditawarkan juga beragam.

Sally Azaria SSos MPPO menilai ada tiga poin yang menjadi pertimbangan utama ketika memilih jurusan. Yakni kepribadian, minat, dan kecerdasan.

Dosen Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan UK Petra Surabaya itu menjelaskan kepribadian tidak hanya terbatas pada karakter anak.

”Personality ini juga tentang cara komunikasi, gimana mereka belajar. Kedekatan dengan anak membantu orang tua memahami aspek ini,” paparnya.

Sally menjelaskan pertimbangan selanjutnya adalah minat dan bakat atau kecerdasan. Menurut dia, dua hal tersebut sering kali rancu.

”Minat itu lebih ke bidang yang membuat anak antusias, senang waktu mengerjakan. Sementara kecerdasan merujuk ke kemampuan anak. Tapi, tidak cuma kecerdasan akademik,” tegasnya.

Sering kali, minat dan kecerdasan pun bisa jadi tidak berjalan beriringan. Sally mencontohkan, seorang anak yang hobi menggambar tak selalu memiliki kecerdasan di bidang tersebut. ”Tapi, perlu ditekankan, kecerdasan bisa dipelajari lewat latihan,” kata alumnus Universitas Airlangga Surabaya itu.

Sally menilai selain pengamatan dan kedekatan orang tua, ketiga aspek bisa diketahui lewat tes kecerdasan dan kepribadian. Tes tersebut sering diberikan saat awal masuk sekolah maupun di jenjang akhir SMP atau SMA.

”Tapi, pada prinsipnya, tes itu bisa dilakukan sedini mungkin. Misal, saat anak baru kelas III SD,” papar perempuan yang mengelola True Parenting Personality Test itu. Hasil tes pun terbilang konsisten sehingga bisa jadi patokan dan membantu pemilihan studi

Menurut Sally, pemilihan jurusan adalah tanggung jawab anak dan orang tua. Agar mendapat jurusan yang pas, dia menyarankan, perencanaan dilakukan matang serta tanpa paksaan.

”Orang tua perlu sadar dan terima ketika anak nggak mau kuliah di jurusan pilihan ayah atau ibunya. Sebab, nantinya anak yang akan kuliah,” paparnya.

Orang tua dan anak bisa menyampaikan pertimbangan masing-masing. Mulai biaya, fasilitas, prospek kerja setelah lulus, dan lain-lain. Prinsip itu perlu dipertahankan di saat injury time alias setelah SBMPTN selesai seperti sekarang ini.

”Ada banyak opsi yang bisa diambil. Seperti mendaftar ke kampus swasta dengan jurusan sama atau ambil gap year,” kata Sally.

Tidak perlu memaksakan diri atau terburu-buru mendaftarkan diri ke jurusan yang tidak diketahui sama sekali. ”Jangan sampai salah jurusan, terus buang-buang waktu dan biaya dengan percuma,” tegasnya. (kim/fin/jpg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: