169 Nakes Positif Covid-19 di Kota Tasik Masih Diisolasi
Reporter:
syindi|
Selasa 13-07-2021,08:30 WIB
radartasik.com, TASIK — Sebagai kelompok yang bersentuhan dengan pasien Covid-19 di Kota Tasikmalaya, sudah ratusan tenaga kesehatan (nakes) yang ikut terkonfirmasi positif. Sebagian masih menjalani isolasi baik secara mandiri maupun tersentralistik.
Kabid Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, dr Asep Hendra mengakui bahwa tidak sedikit kasus positif Covid- 19 menimpa nakes.
Di lihat dari tugasnya, mereka menjadi kelompok yang terbilang paling rawan. ”Sampai sekarang pun masih ada nakes yang positif,” ungkapnya kepada Radar, Senin (12/7/2021).
Secara keseluruhan, setidaknya ada 850 kasus nakes yang terkonfirmasi positif sejak awal pandemi Covid-19. Dari jumlah tersebut, 160 di antaranya masih berstatus aktif dan menjalani isolasi. “Kebanyakan isolasi mandiri, yang isolasi di rumah sakit tidak sampai 10 orang,” ujarnya.
Menurut Asep, mereka merupakan nakes yang bertugas di semua faskes yang ada di Kota Tasikmalaya. Termasuk klinik swasta non pemerintah. “Semuanya, dari RSUD, Dinkes, Puskesmas dan faskes milik swasta,” terangnya.
Banyaknya nakes yang positif, salah satunya efek lonjakan dari pasien Covid-19. Semakin banyak penularan, maka risiko tertular pun semakin besar.
Namun demikian, pelayanan terhadap pasien tetap dioptimalkan dengan keterbatasan yang ada. Dia berharap nakes senantiasa diselamatkan dari ancaman wabah. “Secara umum kita harap semua bisa terhindar baik untuk nakes maupun masyarakat secara umum,” katanya.
Bukan hanya tenaga kesehatan, semua personel yang terlibat dalam satgas pun berisiko tertular. Seperti halnya petugas pemulasaraan dan pemakaman dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Plt Kalak BPBD Kota Tasikmalaya H Undang Hendiana mengatakan beberapa petugasnya sempat positif Covid-19. Terlebih dalam situasi saat ini, di mana angka kematian meningkat sementara ketersediaan alat pelindung diri (APD) semakin menipis. “Stok sangat minim, Bahkan sempat habis,” ujarnya.
Disebutkannya, bahwa dalam setiap pemakaman setidaknya ada 10 petugas yang diturunkan. Sedangkan angka kematian setiap harinya bisa mencapai 10 bahkan belasan. “Ada 10 pemakaman saja berarti menghabiskan 100 APD,” pungkasnya.
Sebelumnya, penularan Covid-19 tidak mengenal usia, dari mulai balita hingga lansia. Namun demikian, kelompok anak dan remaja lebih mampu bertahan di tengah pusaran wabah.
Kabid Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, dr Asep Hendra menyebutkan banyaknya klaster keluarga menunjukkan banyaknya anak yang terkonfirmasi positif. Jumlahnya sudah ratusan lebih pasien positif Covid-19 dengan usia di bawah 10 tahun. ”Usia di bawah 1 tahun saja jumlahnya sudah 145,” ungkapnya kepada Radar, kemarin.
Namun demikian, kelompok anak cenderung lebih mampu bertahan di tengah wabah. Selama pandemi Covid-19, pasien positif untuk usia 1 - 19 tercatat tidak ada kasus kematian. ”Kita lihat anak lebih mampu survive,” ujarnya.
Disinggung penyebab kemampuan bertahan anak, menurutnya karena daya tahan tubuh mereka tergolong lebih bagus di banding orang dewasa terlebih lansia. Ditambah, mental anak menghadapi pandemi ini cenderung lebih tenang. ”Bisa jadi kalau orang dewasa kan beban pikirannya lebih berat, soal ekonomi keluarga dan lain-lain,” tuturnya.
Adapun kasus kematian pada anak, beberapa yang terjadi pada usia di bawah 1 tahun. Itu pun karena kondisi bayi yang memang tidak sehat saat lahir. ”Total ada tiga anak di bawah 1 tahun yang meninggal,” tuturnya.
Meski demikian, para orang tua bukan berarti boleh membiarkan anaknya keluyuran seenaknya. Pasalnya, mereka tetap bisa tertular dan menularkan virus kepada orang lain. ”Justru anak-anak itu kita sebut super spreader, yang mempercepat penularan,” terangnya.
Tidak sedikit kasus positif Covid-19 lansia yang meninggal dengan indikasi tertular dari anak-anak. Pasalnya, ketika anak terpapar virus, jarang menunjukkan gejala yang bisa lebih diwaspadai khususnya anak di atas 1 tahun.
”Misal ada anak kecil terkonfirmasi positif, main ke nenek atau kakeknya, mereka bisa tertular dan membahayakan kakek neneknya,” jelas dia.
Pada prinsipnya, lanjut dr Asep, para orang tua harus tetap membiasakan kepada anak untuk menerapkan protokol kesehatan. Hal ini demi keselamatan orang dewasa dan lansia di lingkungannya. ”Karena angka kematian di kita masih didominasi oleh Lansia,” katanya.
Terpisah, Kabid Pelayanan RSUD dr Soekardjo H Dudang Erawan Suseno menyebutkan bahwa di ruang isolasi memang terdapat beberapa pasien anak. Kasus ini sudah sering terjadi, namun alhamdulillah dominan bisa sembuh. ”Memang ada pasien anak, tapi mudah-mudahan semuanya bisa kembali sehat,” imbuhnya.
(rga)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: