Pasangan Lansia Warga Rajapolah Meninggal, Begini Kata Kepala Puskesmas

Pasangan Lansia Warga Rajapolah Meninggal, Begini Kata Kepala Puskesmas

radartasik.com, PELASKANA tugas (Plt) Kepala UPT Puskesmas Rajapolah, Ayi Luqmanul Hakim mengatakan, memang pasangan ini terkonfirmasi positif Covid-19. Pertama istrinya yang meninggal karena bergejala cukup berat. Itu oleh puskesmas sudah diupayakan dan dikomunikasikan dengan rumah sakit.


“Jadi alur rujukan itu, ketika mau merujuk pihak puskesmas harus komunikasi dulu dengan pihak rumah sakit,” ujar dia kepada Radar, Senin (5/7/2021).

Kata dia, sebelum melakukan rujukan pihaknya melaporkan hasil pengkajian puskesmas, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan dan lainnya. Kemudian, ketika rumah sakit mempersilahkan, ruangan isolasi itu ada, walaupun hanya di IGD dulu bisa dirujuk.

“Setelah siap dari rumah sakit, baru puskesmas berani mengantarkan pasien. Rumah sakit juga ada aturan seperti itu, harus komunikasi dulu agar bisa persiapan dan pasien tidak berkeliling,” kata dia, menjelaskan.

Baca juga : Pasangan Lansia Warga Rajapolah Meninggal, Keluarga Korban Kecewa pada Satgas

Menurut dia, contoh seperti di Bandung, video viral kepala desa berkeliling ke tiga rumah sakit, namun tidak ada yang menerima karena penuh. “Nah dilakukannya komunikasi terlebih dulu itu agar tidak terjadi seperti itu. Antisipasi agar tidak berkeliling, paling tidak ada komunikasi antara puskesmas dengan pihak rumah sakit. Waktu itu kita upayakan untuk istrinya dilarikan ke rumah sakit dan kebetulan ada ruangannya, walaupun pada akhirnya di rumah sakitnya tidak kuat hingga meninggal,” kata dia.

Kemudian, kata dia, suaminya tadi pagi sudah diupayakan mencari rumah sakit. Namun rumah sakit semua penuh tidak bisa menerima pasien Covid-19. “Puskesmas pun bingung, sementara pasien inginnya instan. Pokoknya minta diusahakan dan dicarikan rumah sakit, kalau bisa sekarang dibawa,” kata dia.

Kemudian, kata dia, pihaknya suA­dah menyampaikan kepada keA­luarA­ga pasien bahwa puskesmas tidak bisa intervensi ke rumah sakit. Kalo inA­terA­vensi ke puskesmas bisa, minta ke perawat untuk menyiapkan. Tapi kalo ke rumah sakit, bagaimana mereka.

“Saya sudah menjelaskan ke keluarga pasien. Bahkan keluarga pasien berbicara, jika saya sebagai ketua satgas tidak mampu untuk mengusahakan orang tua saya masuk ke rumah sakit,” kata dia.

Padahal, kata dia, bukan hal mampu dan tidak mampu. Namun, ini masalahnya di rumah sakitnya penuh. “Sekarang mau pinjam ambulans di antar ke rumah sakit, nanti dipertanyakan ini ambulans dari mana, kenapa tidak menelpon dulu, nanti malah jadi bertengkar,” kata dia.

“Pagi-pagi tadi kebetulan ada yang meninggal, sama lagi isolasi mandiri. Prosedurnya, petugas pemulasaran belum ada yang pelatihan di Rajapolah itu. Jadi pemulasarannya dari RS SMC, itu sama komunikasi dulu dengan pihak RS bahwa telah ada yang meninggal,” terang dia, menambahkan.

Jadi, kata dia, pemulasaran memohon dulu dilaksanakan di kamar jenazah RS SMC. Kemudian, ketika sudah ada jawaban kosong maka dipersilahkan jenazah diberangkatkan. “Kita sudah menelepon dan mendatangkan Si Gesit 119, meminta untuk penjemputan pemulasaran jenazah. Di antar ke RS SMC dan puskesmas koordinasi ke RS mohon untuk pemulasaran, lalu komunikasi dengan satgas desa untuk mengondisikan penguburan. Itu dilakukan dengan tertib dan sudah biasa, ini dilakukan bukan sekali dua kali,” kata dia.

Wakil Bupati Tasikmalaya Cecep Nurul Yakin SPd MAP mengatakan, terkait adanya keluarga yang merasa kurang diperhatikan dalam pelayanan kesehatan akan menjadi perhatian pemerintah.

”Kepedulian ini dalam situasi pandemi Covid-19, pasti harus betul-betul kita hadirkan, Satgas Covid-19 tingkat kabupaten sudah menginstruksikan ke kecamatan ke desa termasuk RT/RW sampai ke masyarakat,” paparnya.

Menurut Cecep, tingkat kepedulian di tingkat masyarakat, akan mampu mengurangi penyebaran Covid-19 yang lebih besar. Termasuk di tingkat RT. Jadi pada saat ada masyarakat yang orang tua atau keluarganya sudah terlihat ada gejala maka harus isolasi.

”Maka tolong gugus tugas Covid-19 di tingkat RT ini harus siaga segera, siapkan warganya yang harus isolasi mandiri, kalau di rumah terbatas bisa di tempat yang disediakan oleh peA­merintah desa, termasuk terus dipanA­tau kondisi masyarakat yang terA­papar Covid-19,” kata dia. (dik/obi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: