Berpikir Positif, Pemerintah Diminta Seimbangkan Prokes dan Semangat Ibadah

Berpikir Positif, Pemerintah Diminta Seimbangkan Prokes dan Semangat Ibadah

RADARTASIK.COM, TASIK — Pandemi Covid-19 yang disusul kebijakan pembatasan dari pemerintah tidak dipungkiri berdampak pada psikologis massa. Maka pikiran positif menjadi kunci agar bisa terhindar dari stress dan depresi.


Psikolog sekaligus pengajar di Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Rikha Surtika Dewi MPsi menilai ada dua sudut pandang yang berbeda di masyarakat tentang Covid-19. Sebagian mempercayai adanya wabah tersebut, namun ada juga yang menolak untuk mempercayainya. “Sampai sekarang kan masih ada yang tidak percaya (Covid-19 itu ada, Red),” ungkapnya kepada Radar.

Namun demikian, pada intinya masyarakat harus memiliki pikiran positif. Untuk yang percaya tentang adanya Covid-19, maka harus bisa selektif dan bijak menyikapi informasi. “Kalau memang informasi soal Covid-19 membuat stress, maka hindari dengan membaca informasi yang lebih edukatif dan menghibur,” ujarnya.

Begitu pun untuk masyarakat yang merasa tidak percaya, tidak perlu mengurusi informasi Covid-19 yang berseliweran. Karena tidak sedikit orang yang sibuk mengomentari informasi Covid-19. “Ngotot dengan pandangan kita tidak akan mengubah situasi secara signifikan,” katanya.

Ada pun beberapa hal yang perlu dijaga, yakni agar tetap memiliki pikiran positif. Di antaranya yakni melakukan interaksi dengan lingkungan yang membawa pengaruh positif dan membangun support sistem. “Bisa membahas hobi, hiburan dan hal-hal lain untuk saling menguatkan,” jelasnya.

Dalam kegiatan fisik pun, lanjut Rikha, masyarakat tidak boleh berhenti. Tubuh dan pikiran harus tetap bergerak dengan keterbatasan yang ada. “Misal memasak, karaoke di rumah, olah raga dan kegiatan positif lainnya,” katanya.

Sikap positif lainnya, kata dia, yakni menjadikan pandemi ini sebagai tantangan. Dengan segala keterbatasan yang ada, masyarakat bisa tetap berkreasi yang membangun motivasi diri. “Sebagian ada masyarakat ada yang mendadak kreatif dengan kondisi sekarang ini,” ujarnya.

Terakhir, yang paling penting adalah soal spiritual keagamaan. Tidak bisa dipungkiri, ibadah secara sungguh-sungguh akan memberikan ketenangan secara psikologis. “Dan menurut saya semuanya juga tahu soal ini,” katanya.

Terpisah, Sekretaris MUI Kota Tasikmalaya KH Aminudin Bustomi mengatakan bahwa dari kaca mata agama, wabah Covid-19 tidak lepas dari kuasa Allah SWT. Maka pada intinya, ummat harus lebih mendekatkan diri supaya mendapat bantuan dari Allah SWT. “Di luar syariat protokol kesehatan, kita harus lebih mendekatkan diri kepada Allah,” terangnya.

Agama, kata KH Amin, khususnya Islam senantiasa mengajarkan keselamatan dan pola hidup yang sehat. Tidak ada ajaran Islam yang sifatnya mencelakakan umatnya.

Pihaknya berharap ajakan itu keluar langsung dari pemerintah selaku pihak yang berwenang. Sayangnya pemerintah lebih fokus terhadap poin-poin pembatasan dalam penerapan protokol kesehatan. “Tidak ada poin khusus untuk meningkatkan kualitas ibadah,” katanya.

Maka dari itu, dia meminta pemerintah bisa seimbang dalam hal kebijakan protokol kesehatan dan semangat ibadah. Supaya spiritual publik tetap terjaga dan tidak hanya terfokus pada pembatasan yang dilakukan. “Padahal ini tidak kalah penting,” terangnya. (rga)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: