Wabup Tasik Diminta Tak Berpolemik, Tapi Fokus Tangani Covid-19

Wabup Tasik Diminta Tak Berpolemik, Tapi Fokus Tangani Covid-19

RADARTASIK.COM, SINGAPARNA — Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Tasikmalaya menilai pemerintah daerah dan para pejabatnya kurang bergerak dalam menangani pandemi Covid-19. Pasalnya, jumlah kasus membludak pun terlihat adem-adem saja.


“Wabup jangan ikut-ikutan dalam polemik soal surat instruksi bupati tentang bertamu hanya 3 menit. Wabup harusnya pantau langsung situasi lapangan, karena saat ini sudah banyak korban jiwa di daerah,” ujar Ketua GP Ansor Kabupaten Tasikmalaya Asep Muslim saat menghubungi Radar, Kamis (1/7/2021).

“Sejauh ini saya belum melihat gerak nyata yang dilakukan para pejabat di pemerintah daerah untuk menangani pandemi ini,” kata dia, menambahkan.

Sementara itu, Kabupaten Tasikmalaya tidak termasuk dalam kota atau kabupaten yang masuk dalam PPKM darurat tanggal 3-25 Juli besok.

“Tetapi fakta di lapangan situasinya sangat mengkhawatirkan, misalnya bagaimana fasilitas kesehatan yang ada di kabupaten seperti rumah sakit RS SMC itu sudah kelebihan kapasitas, artinya lonjakan kasus cukup tinggi,” ujarnya.

Kemudian, kata dia, sebaran Covid-19 di 39 kecamatan cukup merata, semua kecamatan ada yang terpapar virus corona. Artinya ini situasi darurat juga di Kabupaten Tasikmalaya itu, maka dari itu pemerintah kabupaten harus segera mengambil sikap tegas dalam hal seperti ini.

“Walaupun Kabupaten Tasikmalaya tidak termasuk PPKM darurat, bukan berarti harus berleha-leha. Saat ini, bisa dimulai dengan pemerintah membuka diri terhadap masyarakat dan terhadap publik soal perkembangan kasus yang sebenarnya,” ucapnya.

Misalnya, lanjut dia, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya membuka akses informasi terkait Covid-19 seperti di desa tersebut ada berapa orang yang terpapar, sehingga menjadi antisipasi bagi yang lain dalam beraktivitas. “Jangan sampai data seperti ini ditutup-tutupi, kalau saya melihat hari ini seolah ditutup-tutupi,” ujar dia.

Menurut dia, masyarakat harus benar-benar dibiasakan dengan data siapa saja yang terkonfirmasi Covid-19. Sehingga menjadikan kewaspadaan lebih, termasuk menerapkan disiplin protokol kesehatan yang ketat.

“Jangan memposisikan kalau terpapar Covid-19 ini aib, tapi harus pengingat kalau disiplin prokes lebih digiatkan lagi,” ujarnya.

Kemudian, Asep pun mendorong setiap desa memiliki pusat isolasi terpusat. Sehingga ketika ada yang terpapar bisa ditangani serius dan menjalani isolasi dengan baik.

“Sehingga di sana akan tercipata gotong royong dari masyarakat, mulai dari menyediakan sarana dan memberikan makanan bagi yang terpapar Covid-19. Dengan demikian semuanya ikut untuk memutus mata rantai penularan,” ujar dia.

“Jadi masyarakat harus dididik bagaimana kita bersama-sama melawan Covid-19 ini dengan gotong royong, jangan kemudian ini dianggap aib yang membuat takut masyarakat. Saya melihat sejauh ini sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat tidak serius, sehingga muncul paradigma seperti itu,”ungkapnya.

Kemudian, lanjut dia, soal vaksinasi masih banyak yang enggan mengikutinya. Ini disebabkan lemahnya sosialisasi yang memasyarakat, sehingga informasi yang sampai kepada masyarakat tidak utuh. Kemudian isu-isu yang tidak baik dan membuat enggan divaksin yang muncul. (yfi/obi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: