Jurnalis Radar Tasikmalaya Masuk Nominasi UNICEF Lewat Liputan Krisis Lingkungan di Ciangir

Jurnalis Radar Tasikmalaya Masuk Nominasi UNICEF Lewat Liputan Krisis Lingkungan di Ciangir

Jurnalis Radar Tasikmalaya, Ayu Sabrina Barokah, saat mengisi Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD) di UKM Pers Mahasiswa Universitas Siliwangi, Sabtu 13 September 2025. istimewa for radartasik.com--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Krisis lingkungan di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir, Kota TASIKMALAYA, kini menjadi perhatian internasional. 

Melalui liputan jurnalis Radar Tasikmalaya, Ayu Sabrina Barokah, kondisi memprihatinkan anak-anak yang hidup di sekitar TPA berhasil masuk nominasi lima besar Penghargaan Karya Jurnalistik tentang Anak 2025 yang digelar Aliansi jurnalis Independen (AJI) Indonesia bersama UNICEF.

Liputan berjudul Siswa Dibayangi Penyakit menyoroti pencemaran Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Ciangir yang mencemari sungai dan sumur warga. 

Dampaknya langsung dirasakan anak-anak yang bersekolah hanya 300 meter dari gunungan sampah. 

BACA JUGA:Cara Klaim DANA Kaget Lewat Link Resmi untuk Tambah Saldo DANA

Mereka kerap belajar dengan masker, terganggu lalat, hingga harus pulang lebih cepat karena pusing akibat bau menyengat.

“Ciangir adalah cermin. Anak-anak di sana berhak menghirup udara bersih, minum air layak, dan belajar tanpa dihantui bau sampah,” kata Ayu, Kamis 18 September 2025.

Nominasi ini menempatkan karya jurnalis daerah sejajar dengan nama-nama besar dari media nasional. 

Namun lebih dari itu, liputan tersebut membuka mata bahwa persoalan lingkungan di Kota Tasikmalaya merupakan bagian dari krisis global.

BACA JUGA:Aplikasi Penghasil Uang Tercepat 2025, Dapatkan Saldo Dana Gratis dengan Bonus Pendaftaran

“Penghargaan ini bukan titik akhir. Yang lebih penting adalah memastikan suara anak-anak Ciangir terus terdengar,” tegas Ayu.

Ciangir adalah cermin. Ia menunjukkan bagaimana krisis iklim dan kelalaian manusia berpadu menciptakan derita. 

Dan selama derita itu belum berakhir, Ayu percaya bahwa tugas seorang jurnalis adalah terus mengetuk hati, meski dengan sebutir berita yang lahir dari tumpukan sampah.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait