Mereka menengok kondisi sungai yang tiba-tiba tertutup puing.
“Material jatuh ke solokan, jadi air meluap,” beber Nandang.
Di tengah malam yang gelap dan licin, petugas BPBD Kota Tasikmalaya datang dengan peralatan sederhana: linggis, tambang, bor tangan.
Tidak ada lampu besar, tidak ada alat berat. Hanya cahaya senter dan tekad untuk membuka sumbatan sungai.
BACA JUGA:Tambang Emas Ilegal di Salopa Tasikmalaya Ditutup, DPRD Tekankan Reboisasi dan Solusi Ekonomi Warga
“Sekitar jam 21.00 WIB kami dapat laporan, langsung berangkat ke lokasi,” tutur Opang, petugas BPBD yang memimpin evakuasi.
Siang harinya rumah itu sudah diasesmen, namun tak ada yang menduga bahwa hujan malam itu akan membuatnya benar-benar roboh.
Evakuasi menjadi pertarungan antara tenaga manusia dan beratnya puing basah yang jatuh ke sungai.
Petugas berpijak di tanah licin, menjaga keseimbangan, sambil mengangkat bongkahan tembok yang sudah rapuh namun masih begitu berat.
BACA JUGA:Musypimda Muhammadiyah Kota Tasikmalaya Tetapkan H Ayi Mubarok sebagai Ketua Baru
“Kondisinya memang sudah lapuk. Ditambah arus sungai yang kuat, akhirnya rumah itu ambruk,” tambah Opang.
Ia sempat lega ketika satu bongkahan besar berhasil digeser.
Tetapi masih ada satu beton raksasa yang tak bergerak meski dipaksa dengan linggis dan tambang.
Hujan tak kunjung reda. Arus terus mendesak. Namun kerja keras tak sia-sia.
BACA JUGA:Besok Adu Gagasan Delapan Calon Ketua DKKT, Panggung Utama untuk Menentukan Arah Pilihan
Sekitar pukul 00.30 WIB, aliran sungai kembali terbuka, membuat air yang sempat tertahan mengalir normal.