Korban sering kali mudah diperdaya oleh pelaku manipulatif yang berpura-pura memberikan kasih sayang.
“Korban grooming kebanyakan anak-anak yang haus sosok ayah. Mereka mencari figur pelindung dan malah terjebak dalam tipu daya pelaku kekerasan seksual,” ungkapnya.
Grooming, lanjut Ipa, merupakan pola kekerasan seksual modern yang dilakukan dengan pendekatan emosional dan manipulasi psikologis, bukan ancaman fisik.
“Pelaku membuat korban merasa nyaman, lalu memperdaya. Biasanya yang menjadi target adalah anak-anak dari keluarga fatherless,” jelasnya.
BACA JUGA:Murah Mana, Harga Tiket KA Argo Semeru, Kertajaya, dan Argo Anjasmoro Rute Jakarta-Surabaya?
Meski begitu, Ipa tetap mengapresiasi para ayah yang berusaha hadir secara utuh dalam kehidupan anak-anaknya.
“Tidak mudah membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Namun ayah yang tetap terlibat dalam pengasuhan, mendengarkan anak, dan hadir di tengah dinamika rumah tangga, layak diapresiasi. Mereka adalah pendidik dan pelindung sejati,” kata Ipa.
Ia berharap, peringatan Hari Ayah tidak hanya bersifat seremonial, tetapi menjadi pengingat pentingnya kehadiran ayah secara emosional dan waktu dalam membangun keluarga yang sehat dan kuat.