Paul juga menambahkan, berbagai pernak-pernik seperti payung geulis, saung ranggon (rumah tradisional Sunda), dan ornamen kayu dipilih untuk memberi nuansa yang lebih dekat dengan kehidupan masyarakat Sunda.
"Kami juga membuat rumah pohon yang terinspirasi dari saung Ranggon, sebagai simbol keakraban dan kedamaian dalam budaya Sunda," beber Paul.
Selain itu, bahan-bahan lokal seperti mendong dan pernak-pernik kayu juga digunakan untuk menghias gereja, menambah kekayaan budaya dalam suasana Natal.
"Kami ingin memberikan kreativitas yang menggambarkan budaya lokal Tasikmalaya. Dengan perpaduan Payung Geulis, mendong, dan kayu, semua elemen ini memperkuat ikatan kami dalam beribadah," ungkap Paul.
BACA JUGA:Mulai Hari Ini KA Panoramic Beroperasi di KA Mutiara Timur, Ini Tarif dan Keunggulannya
Proses persiapan perayaan Natal pun dilakukan dengan penuh ketelitian. Panitia yang telah dibentuk sejak dua bulan sebelumnya, mengadakan persiapan dengan matang, termasuk memasang empat lilin di altar sebagai simbol menyambut Natal.
"Kami mempersiapkan semua dengan penuh kesabaran dan telaten, karena setiap detil sangat berarti untuk menciptakan suasana yang indah dan bermakna," jelas Paul.
Melalui perayaan Natal 2024 ini, Paul berharap agar umat di Tasikmalaya dapat semakin merasa dekat dengan budaya mereka sendiri.
"Natal bukan hanya tentang perayaan agama, tetapi juga tentang mengenal dan merayakan budaya yang ada di sekitar kita. Kami berharap semangat kebersamaan ini dapat terus terjaga, dan Natal menjadi momen untuk memperkuat hubungan antar sesama," tukas Paul.