RADAR TASIK.COM - Geoffrey Moncada, Direktur Teknik AC Milan, menyebut pembelian Tijjani Reijnders sebagai contoh keberhasilan ilmuwan data klub dalam mencari profil pemain yang tepat di Casa Milan.
Universitas Amerika, Harvard Business School, baru-baru ini menerbitkan sebuah dokumen yang mengulas perjalanan Rossoneri, dengan salah satu alumninya, Giorgio Furlani, kini menjabat sebagai CEO klub legendaris tersebut.
Dilansir dari MilanNews.it, dokumen tersebut menganalisis proyek klub sejak kedatangan Gerry Cardinale serta peran Geoffrey Moncada, yang saat ini menjabat sebagai Direktur Teknik Milan, setelah sebelumnya menjadi kepala pencari bakat.
Dalam wawancaranya, Moncada menjelaskan peran direktur teknik sebagai penghubung antara pelatih, pemain, sisi olahraga, dan sisi komersial klub.
Ia juga mengungkapkan bahwa dirinya melapor setiap hari kepada Giorgio Furlani untuk berbagi informasi terkait kondisi pemain, kebutuhan masa depan, kontrak, hingga perbaikan di departemen medis atau sektor pemuda.
“Direktur teknik adalah penghubung antara pelatih, pemain, dan sisi olahraga di satu sisi, serta sisi komersial di sisi lain. Saya melapor kepada Giorgio dan berbicara dengannya setiap hari, beberapa kali sehari,” ungkap Moncada.
“Saya berusaha membagikan sebanyak mungkin informasi. Bagaimana kondisi para pemain? Apa yang kita butuhkan untuk masa depan? Kontrak mana yang perlu diperbarui? Apa yang bisa kita tingkatkan di departemen medis atau sektor pemuda?” lanjutnya.
Moncada juga menjelaskan bagaimana Milan mengandalkan data dan algoritma dalam mencari pemain.
Ia menjelaskan bahwa klub memiliki ilmuwan data di Casa Milan yang membantu menganalisis data pemain.
“Kami memiliki tim yang terdiri dari sepuluh pencari bakat: lima di Italia dan lima di luar negeri. Selain itu, kami memiliki ilmuwan data di Casa Milan yang membantu kami menemukan pemain melalui analisis data,” tambahnya.
Moncada juga mengakui dirinya kerap berdiskusi dengan Billy Beane, seorang ahli analisis data olahraga, yang memberikan ide dan masukan dalam proses pencarian pemain menggunakan data dari Zelus, sebuah perusahaan analisis data pemain.
“Dia memberikan pertanyaan, ide, dan membantu kami menemukan pemain berbakat menggunakan data dari Zelus. Namun, keputusan akhir tentang seorang pemain tidak pernah hanya berdasarkan angka,” paparnya.
Terakhir, Moncada menekankan pentingnya mengambil risiko dengan merekrut pemain muda dibandingkan membeli pemain berlabel bintang dengan gaji tinggi.
Ia mencontohkan pembelian Tijjani Reijnders, yang direkrut dari Eredivisie dengan harga terjangkau dan kini menjadi pemain inti di Milan serta tim nasional Belanda.
“Kami mengambil risiko yang diperhitungkan dengan merekrut pemain muda daripada membeli nama besar dengan gaji tinggi,” jelasnya.