RADARTASIK.COM - Dalam salah satu kajian Gus Baha, tema tentang penyakit terberat menjadi perhatian. Gus Baha menjelaskan bahwa akar dari banyak masalah adalah sifat tamak.
Beliau menjelaskan, "Orang itu kalau mentalnya memberi, itu berarti selesai dengan dirinya. Tapi kalau tidak bermental memberi, pasti tamak. Dan tamak itu mesti (pasti) menghakimi orang," jelasnya.
Nasihat Gus Baha kali ini mengajarkan kita tentang pentingnya memiliki mental memberi, bukan sekadar meminta atau menuntut.
Dalam kitab Al-Hikam, seperti yang disebutkan oleh Gus Baha, dijelaskan bahwa penyakit terberat itu bukanlah sifat kikir, melainkan tamak.
"Maka dalam kitab Hikam (Al-Hikam) diterangkan, penyakit terberat itu tamak. Kenapa? Karena orang kikir itu nggak ada. Yang ada itu tamak," jelas Gus Baha.
Tamak berarti menginginkan sesuatu secara berlebihan tanpa memperhatikan kebutuhan orang lain.
Orang tamak selalu merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki dan terus-menerus menginginkan lebih, tanpa memedulikan dampaknya terhadap orang lain.
Sifat tamak dapat merusak hubungan sosial dan membawa dampak negatif, seperti keserakahan, konflik, dan ketidakadilan.
Gus Baha kemudian memberikan contoh sederhana, "Misalnya anak-anak muda sama orang-orang cantik, pernah nggak kamu bilang itu sombong? Nggak kan? Setelah kamu bilang, 'Mbak, aku ingin kenalan denganmu,' terus ketika dia nggak mau, baru kamu bilang sombong. Karena keinginan kamu nggak kesampaian," tutur Gus Baha.
Pesan bijak Gus Baha ini menggambarkan bagaimana sifat tamak membuat seseorang mudah menghakimi orang lain jika keinginannya tidak tercapai.
Ketamakan menciptakan prasangka buruk dan sikap menyalahkan, yang ujung-ujungnya merusak hubungan sosial dan harmoni di masyarakat.
Lebih lanjut, Gus Baha mengingatkan dampak dari tamak yang meluas, “Bayangkan kalau orang bermental tamak, kayak apa bangsa ini?”
Ini menjadi peringatan bahwa tamak bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah sosial yang bisa menghambat kemajuan sebuah bangsa.
Melalui pesan bijak Gus Baha ini, kita diajak untuk merenungkan dan mengubah pola pikir.
Sifat memberi, menerima dengan lapang dada, dan tidak serakah menjadi kunci untuk menciptakan kehidupan yang lebih damai.