RADARTASIK.COM - 3 Mantan pemain Inter Milan yang tak mau pilih Simone Inzaghi sebagai pelatih terbaik, yang pertama jelas Lukaku karena ia memilki hubungan yang buruk dengan pelatih Nerazzurri tersebut.
FIFA dikathui memberikan hak suara kepada pelatih dan kapten tim nasional, serta jurnalis dari seluruh dunia, untuk memilih Pelatih Terbaik yang akhirnya dimenangkan oleh Pep Guardiola.
Setiap perwakilan diwajibkan memilih tiga orang dengan sistem peringkat, di mana 5 poin diberikan untuk pilihan pertama, 3 poin untuk peringkat kedua, dan 1 poin untuk pilihan terakhir.
Poin-poin tersebut kemudian dikumpulkan dan dihitung menggunakan prosedur khusus FIFA untuk menghasilkan skor total.
BACA JUGA:Radar Tasikmalaya Group Kembali Helat Bintang Pelajar, Kompetisi Ilmu Pengetahuan
Ternyata, bukan hanya Romelu Lukaku di antara mantan pemain Inter Milan yang tidak memilih Simone Inzaghi di FIFA The Best sebagai Pelatih Terbaik 2023.
Edin Dzeko, mantan striker Nerazzurri, juga termasuk dalam kategori tersebut karena memilih Pep Guardiola sebagai pilihan pertama.
Meskipun begitu, Dzeko tetap menempatkan Simone Inzaghi di urutan kedua, di atas Luciano Spalletti dari Napoli, yang pernah menjadi pelatihnya di AS Roma.
Namun, suara Milan Skriniar agak aneh, mantan Inter Milan yang kini bermain untuk PSG memberikan pilihan pertamanya untuk Pelatih Terbaik kepada Luciano Spalletti, sementara Pep Guardiola dan Simone Inzaghi harus "puas" berada di posisi ketiga.
Padahal, Skriniar baru-baru ini berbicara kepada situs PSG tentang petualangannya bersama Nerazzurri dan menganggapnya sebagai salah satu klub terbesar di dunia.
Ia juga mengakui mengalami banyak momen luar biasa, termasuk saat memenangkan scudetto bersama Inter Milan saat dilatih oleh Roberto Mancini.
"Saya bertahan selama enam tahun di salah satu klub terbesar di dunia. Itu adalah tahun-tahun yang luar biasa, di mana kami memenangkan banyak hal,” katanya dikutip dari Tuttomercato.
“Tahun pertama kami kembali ke Liga Champions, dan ini adalah hal yang fantastis bagi saya dan klub,” lanjutnya.
“Saya mengalami tahun-tahun yang indah di sana, dan momen terbaik adalah memenangkan Scudetto," pungkasnya.