BERAU, KALTIM, RADARTASIK.COM - Program kolaborasi konservasi mengalami perubahan pada bulan Juni 2022. Program Kolaborasi Konservasi fokus di Kampung Dumaring.
Perancang dan Penanggung Jawab Program Kolaborasi Konservasi, Odjat Sujatnika menegasakan, semula program kolaborasi konservasi dilakukan di dua kawasan desa, yakni Desa atau Kampung Dumaring dan Kampung Biatan Ilir.
Melalui perubahan tersebut, kegiatan akhirnya difokuskan di satu desa, yakni di Kampung Dumaring. Dengan begitu terjadi perubahan nama program menjadi Program Kolaborasi Konservasi Hutan dan Sungai Dumaring.
Kendati terjadi perubahan ruang lingkup --hanya di satu desa atau Kampung Dumaring--, menurut Sujatnika, total kawasan program konservasi tidak berkurang.
BACA JUGA:Tiga Unggulan Program Kolaborasi Konservasi Hutan dan Sungai Dumaring Sesuai Target, Ini Hasilnya
Justru perubahan ini menambah garapan lain, yakni meliputi kawasan Hutan Desa Dumaring seluas 5.080 ha, kemudian bertambah ke kawasan tanah ulayat Tanah Patiraja 673 hektar, kawasan Sungai Bakil dan anak-anak sungainya yakni Sungai Sembeling dan Sungai Semuluk seluas 406 hektar, serta kawasan Sungai Dumaring 208 hektar.
“Sehingga total kawasan Program Konservasi mencapai 6.428 hektar,” kata dia.
Keluarga besar Patiraja saat pertemuan dengan Aksenta sebagai perancang dan pengelola Program Kolabirasi Konservasi Hutan dan SUngai Dumaring dalam meningkatkan kualitas hutan di Hutan Desa Dumaring dan Ulayat Tanah Patiraja.-Tiko Heryanto-radartasik.disway.id
Selain perubahan ruang lingkup, pihak-pihak yang terlibat untuk memuluskan program ini menjadi 9 pihak. Yakni Pemerintah Kampung Dumaring, Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Dumaring, Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS), Keluarga Besar Patiraja, masyarakat pemilik atau penggarap lahan di sempadan sungai-sungai utama Kampung Dumaring, Badan Usaha Milik Kampung (BUMK) Dumaring, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Dumaring, masyarakat Kampung Dumaring, Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Berau Pantai.
Program Kolaborasi Konservasi Hutan dan Sungai Dumaring memang harus dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan semua pihak.
Karena isu-isu lingkungan dan konservasi alam sangat kompleks dan melibatkan banyak aspek, seperti sumber daya air, hutan, keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim.
“Tidak ada satu pihak atau entitas tunggal yang dapat menyelesaikan semua masalah ini dengan sendirian. Kolaborasi memungkinkan berbagai keahlian, pengalaman, dan sumber daya digabungkan untuk mencapai solusi yang lebih holistik dan efektif,” tutur Direktur Aksenta yang juga alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.
Banyak organisasi dan lembaga yang terlibat dalam konservasi alam. Kendati ada di antaranya yang memiliki sumber daya terbatas, baik dalam hal anggaran, personel, atau infrastruktur.
Sehingga melalui kerja sama, sumber daya ini dapat digunakan secara lebih efisien dan optimal untuk mencapai hasil yang lebih signifikan.