“Para pendidik juga ASN harus tahu fakta dan data apa yang terjadi di Kota Tasik melalui literasi media. Ada genk motor, miras, narkoba, hingga LGBT harus tahu. Agar bisa memberikan langkah preventif menyelamatkan anak didiknya,” sambung Dadan.
“Misalnya begini, bagaimana kalau untuk pendidikan putuskan salah satu mimpi kolektif itu semua sekolah harus jadi sekolah favorit. Guru-gurunya teladan, nanti output pendidikan di Kota Tasikmalaya adslah siswa cerdas berakhlak mulia?” cetus Dadan.
Sebab kata Dadan, kalau Kota Tasikmalaya berhasil mendidik anak-anak usia kober, TK, SD/MI, SMP dan sederajat menjadi siswa cerdas berakhlak mulia, maka Kota Tasikmalaya akan jadi episentrum peradaban di Priangan Timur bahkan Jawa Barat.
"Kota Tasikmalaya akan dikenal sebagai pengekspor SDM berkualitas ke daerah lain. Tentu akan berbondong-bondong dari daerah lain belajar tentang mendidik generasi ke Kota Tasikmalaya," papar jurnalis senior ini.
Pj Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah merespon apa yang dikemukakan Dadan.
BACA JUGA:Mau Terlihat Muda Tanpa Uban? Minyak Kayu Putih Ternyata Membuat Hitam Rambut, Begini Cara Pakainya
Terutama tentang mendidik generasi muda. Yakni anak-anak usia sekolah. “Kalau seusia Kang Dadan sulit diubah lagi, paling dipoles dikit-dikit. Saya setuju fokus ke generasi di bawah,” sambut Cheka dengan kelakarnya yang direspon tawa peserta diskusi.
Mengetahui Radar Tasik sudah sinergi dengan sekolah-sekolah melalui koran cetak dan koran digital, Cheka malah menggagas untuk menghidupkan program bagus untuk melatih karakter siswa-siswa di sekolah.
“Nanti salah satu langkahnya kita hidupkan kantin kejujuran di semua sekolah,” kata Cheka.
Menurut Cheka perubahan untuk masa depan Kota Tasikmalaya ke depan bertumpu kepada generasi muda para pelajar sekarang ini.
Para pelajar sejak kober, sekolah dasar dan menengah pertama, kata Cheka harus dididik dengan mental model yang baik.
Mengakhiri diskusi, Cheka mengingatkan kembali tentang mimpi kolektif.
Menurut Cheka, sekarang yang paling perlu dibuat acara-acara yang kemudian menyaring (mimpi kolektif) itu.
“Bapeda akan meramunya (semua usulan) tayangkan, sampaikan, diuji di publik dan sebagainya. Oke setuju, itulah mimpi kolektif,” katanya.
“Kita tertinggal. Peradaban duluan, pintar duluan, tapi maju belakangan. Kalau sudah jadi mimpi bersama sudah indahlah. Masing-masing akan bekerja sesuai fungsinya,” yakin Cheka.
Dalam kesempatan itu Cheka memberikan contoh tentang Hologram Artificial Intelliegence (HAI) yang digagas Kominfo Kota Tasikmalaya.