RADARTASIK.COM - Pemerintahan Joe Biden Kuatir melihat tindakan Israel di jalur gaza karena tak punya rancana yang jelas setelah melakukan serangan ke Palestina, menurut laporan Bloomberg.
Sumber Bloomberg mengungkapkan kekuatiran Pemerintahan Joe Biden terjadi karena melihat pemerintah Israel tidak punya antisipasi setelah melakukan serangan ke wilayah Palestina oleh IDF berdasarkan diskuis yang terjadi di Gedung Putih.
"Ketegangan antara keinginan untuk mendukung Israel dan kekhawatiran akan kemungkinan dampak lanjutan memperjelas kompleksitas tindakan penyeimbang yang dihadapi Biden,” tulis Bloomberg dikutip dari RT.
"Kampanye militer di Gaza dan ketidakjelasan mengenai akhir yang pasti berpotensi memperbesar krisis yang merupakan salah satu yang terburuk yang dialami oleh Israel dalam 50 tahun terakhir, menjadi konflik regional yang sulit untuk dikelola oleh AS dan sekutunya," lanjutnya.
BACA JUGA:Polisi Amankan Dua Pengamen Jalanan Mabuk dan Berkelahi di Taman Kota Tasikmalaya
Dalam perkembangan terkini, Tentara Pertahanan Israel (IDF) mengklaim telah menewaskan petinggi Hamas, Murad Abu Murad, yang menjadi otak pasukan udara saat melancarkan operasi “ Badai Al Aqsa”.
Abu Murad punya peran yang cukup besar terhadap keberhasilan serangan Pejuang Hamas yang memasuki wilayah Israel dengan pesawat layang gantung.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan pada hari Sabtu, 14 Oktober, kemarin, bahwa jumlah korban tewas akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober meningkat menjadi 2.215 orang, termasuk 724 anak-anak dan 458 wanita.
Dilaporkan 8.714 warga lainnya terluka, termasuk 2.450 anak-anak dan 1.536 perempuan.
Kementerian Kesehatan di Gaza juga mengumumkan, pada Sabtu pagi, bahwa 324 warga Palestina tewas dalam serangan Israel selama 24 jam terakhir di Jalur Gaza.
“Tentara Israel membunuh 324 warga, termasuk 126 anak-anak dan 88 wanita, dan melukai 1.018 lainnya selama 24 jam terakhir,” kata Juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, Ashraf Al-Qudra, dikutip dari AL-Quds Al-Arabi.