Saat itu efek Jokowi luar biasa daya dongkraknya ke PDI Perjuangan.
Partai berlambang banteng moncong putih berhasil memenangkan pemilu 2014.
Raihannya 20 persen. Angka yang sangat cukup untuk mengusung calon presiden sendiri.
Surya Paloh Sang Jenius tampil di momentum ini.
Saat partai-partai lain masih melihat dan menunggu situasi, Surya Paloh dengan kejeniusannya langsung menyatakan dukungan untuk Joko Widodo sebagai calon presiden.
Terhantarkanlah Joko Widodo – Jusuf Kalla menjadi Presiden Indonesia periode 2014 – 2019.
Kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla saat itu disambut rakyat dengan gembira dan penuh harap.
Kejenuhan rakyat dengan tampilan sosok-sosok pejabat negara yang bergaya tampang intelektual, rapi, bicara santun, klimis, tapi ternyata korup dilampiaskan ke sosok Joko Widodo yang tampang Ndeso.
Joko Widodo memang berhasil mewakili perasaan mayoritas rakyat Indonesia yang rindu sosok sederhana, apa adanya, tidak berjarak dengan rakyat.
Surya Paloh Sang Jenius menangkap itu semua. Klik di sini artikel sejenis.
Lalu mengolahnya dengan piawai hingga Jokowi tampang Ndeso jadi bintang yang bersinar terang.
Kini, ketika rakyat mulai ada tanda kemuakan dengan penampilan Ndeso, merakyat tanpa jarak, tetapi kemelaratan malah merebak, kegaduhan cebong vs kampret tak jua surut, Surya Paloh paham itu.
Kini dia jatuhkan pilihan mengusung duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai solusi.
Tepatkah?
Kita lihat saja endingnya. (*)