Abu Iseng tidak menjawab. Dia sibuk membuka tas yang disandangnya.
Lalu dikeluarkanlah sebuah bungkusan dari kain. Diletakkan di atas meja.
Dibukanya bungkusan tersebut yang ternyata isinya 5 butir telur.
“Begini Abu Nawas. Saya minta 5 butir telur ini kamu bagi dengan adil kepada saya, kamu, dan umi,” Abu Iseng buka suara dengan nada keras.
“Tapi ingat, harus adil tanpa membelah telur manapun,” sebuah syarat disampaikan Abu Iseng.
“Tuan Abu Iseng, mana bisa membagi adil. Telurnya ada 5 sedang kita bertiga,” Umi malah yang memprotes.
“Namanya tantangan buat orang cerdas, Umi. Kita lihat mampu tidak Abu Nawas buktikan kecerdasannya,” kata Abu Iseng.
“Saya terima tantangan ini,” Abu Nawas buka suara.
Kawan-kawan Abu Iseng yang semeja di kedai itu dengan Abu Mawas riuh menyemangati.
Abu Nawas tersenyum penuh rasa percaya diri. Kemudian mengambil 5 butir telur.
Diberikannya 3 butir kepada Umi. Lalu 1 butir kepada Abu Iseng dan 1 butir lagi dipegang Abu Nawas.
“Sudah beres. Sangat adil,” ikar Abu Nawas.
“Apa? Adil bagaimana. Umi 3 butir telur, sedangkan saya dan kamu masing-masing 1 butir. Tidak adil,” bantah Abu Iseng.
“Dengarkan Abu Iseng. Umi diberi tiga butir telur karena dia tidak memiliki telur,” alasan Abu Nawas.
“Nah, kalau kamu dan saya sudah bawa-bawa dua telur kemana saja pergi. Jadi cukup kita satu butir telur saja,” papar Abu Nawas.
“Maksud kamu telur apa? Ini kita hanya dibagi satu butir telur, Umi 3 telur. Pembagian tidak adil,” protes Abu Iseng.