“Lalu dia menjadikanku sebagai pekerja di rumah bordilnya. Aku dirantai di atas kasur, dan dipaksa menjadi alat pemuas se*s manusia."
"Dan manusia-manusia itu akan membayar majikanku sebesar Rp37 ribu rupiah. Aku menjalani kehidupan itu bertahun-tahun."
"Sampai pada tahun 2003, aku ditemukan oleh Borneo Orang Utan Foundation dan bersama Polisi menyelamatkan ku dari rumah bor*il tersebut,” cerita orang utan bernama Poni.
Setelah itu, Poni dibawa ke tempat rehabilitasi orng utan di Kalimantan, karena trauma yang dialaminya juga karena orang utan bernama Poni tersebut tidak bisa mencari makan sendiri.
BACA JUGA:Ciri Khas Saito Hajime, Polisi Pendekar Pedang Sekutu Battousai si Pembantai di Rurouni Kenshin
Bahkan orang utan bernama Poni tersebut tidak bisa lagi memanjat seperti orang utan lainnya.
Selama berada di tempat rehabilitasi, orang utan bernama Poni ini pun tidak diperbolehkan untuk didekati oleh orang tua berjenis kelamin laki-laki, dikarenakan Poni dalam kondisi trauma.
Cerita orang utan bernam Poni ini terjadi pada tahun 2003 lalu, dan beberapa hari lalu ramai kembali diulas.
Dikutip dari orangutan.or.id, peristiwa orang utan bernama poni sudah terjadi pada tahun 2003 atau 20 tahun silam. Bahkan berita tentang orang utan bernama Poni ini, sempat ramai di tahun 2015 lalu.
BACA JUGA:Harga BBM Non Subsidi Naik Lagi pada September 2023? ICP Juli 2023 Ditetapkan USD 75,06 Per Barel
Dua puluh tahun lalu, orang utan bernam Poni tiba di Nyaru Menteng pada 13 Februari 2003, dengan kondisi yang menyedihkan. Rambutnya dicukur habis dan tubuhnya dipenuhi luka gigitan nyamuk.
Ia langsung mendapatkan perawatan intensif dari tim medis, dan seiring berjalannya waktu, orang utan bernama Poni mulai bersosialisasi dengan orangutan-orangutan lain.
Orang Utan bernama Poni ditempatkan di Sekolah Hutan untuk mendapatkan bimbingan dan perhatian dari para pengelola tempat tersebut.
Setelah dua tahun di Sekolah Hutan, keterampilan Poni terus meningkat, dan kami anggap layak untuk naik tingkat ke tahap akhir rehabilitasi di pulau pra-pelepasliaran.
Akan tetapi saat di pulau Bangamat, tim teknisi kami mengamati ia banyak menghabiskan waktu sendirian di tanah, malas mencari pakan alami, dan selalu menunggu teknisi kami mendistribusikan buah di feeding platform.