Perintah Presiden Jokowi, Indonesia Lanjutkan Program Hilirisasi Meski Dikritik
RADARTASIK.COM – Presiden Joko Widodo secara tegas menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia tidak akan menghentikan program hilirisasi mineral.
Meskipun, kebijakan hilirisasi mendapat kritik dan tekanan dari sejumlah negara dan organisasi internasional.
Jokowi menjelaskan bahwa pemerintah tidak akan menghentikan kebijakan menuju industrialisasi dan hilirisasi komoditas mentah karena kebijakan ini dianggap akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi negara.
Beberapa negara dan organisasi internasional seperti Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) telah mengkritik dan menentang kebijakan larangan ekspor mineral, terutama bijih nikel yang diterapkan oleh Indonesia sejak 2020.
Namun, Jokowi dengan tegas menyatakan bahwa program hilirisasi tidak akan berhenti. Bahkan, rencananya akan meluas dari nikel ke komoditas lain seperti tembaga dan bauksit.
”Hilirisasi tidak akan berhenti. Hilirisasi setelah nikel stop kemudian masuk ke tembaga, ke copper, nanti masuk lagi ke bauksit dan seterusnya,” ujar presiden kepada awak media di Stasiun LRT Dukuh Atas, Jakarta pada Kamis, 10 Agustus 2023.
Jokowi mengungkapkan bahwa program hilirisasi nikel telah membawa manfaat besar bagi Indonesia.
BACA JUGA: Tjihideung Festival is Back! Yuk Wisata Kuliner Kota Tasikmalaya di Akhir Pekan Ini
Sebelum dilakukannya hilirisasi, nilai ekspor bijih nikel hanya sebesar Rp 17 triliun. Tetapi setelah hilirisasi, Indonesia berhasil memperoleh keuntungan sebesar Rp 510 triliun.
”Bayangkan saja kita negara itu hanya mengambil pajak, mengambil pajak dari Rp17 triliun, sama mengambil pajak dari Rp510 triliun gede mana? Karena dari situ —dari hilirisasi— kita bisa mendapatkan PPn, PPh badan, PPh karyawan, PPh perusahaan, royalti, bea ekspor, penerimaan negara bukan pajak, semuanya ada di situ. Coba dihitung saja dari Rp17 triliun sama yang Rp510 triliun gede mana,” tegasnya seperti dikutip dari laman resmi Presiden RI.
Selain itu, program ini juga berhasil menciptakan lapangan kerja yang signifikan.
Contohnya, di sektor nikel sebelum hilirisasi hanya menyerap 1.800 tenaga kerja, namun setelah program hilirisasi, jumlahnya meningkat menjadi 71.500 orang di Sulawesi Tengah.
BACA JUGA: Alberico Evani: Ketika Maldini Pergi, AC Milan Berfikir Ingin Menghemat Uang