Ada juga alasan diluar keyakinan agama dan adat. Terhubungnya Pulau Jawa dengan Pulau Dewata menjadi ancamannya adalah masalah kriminalitas.
Kalau ada Jembatan Jawa-Bali maka mereka khawatir aksi kriminalitas meningkat.Para pelaku kriminal dari luar Pulau Bali akan leluasa masuk ke Bali via jalur darat yakni Jembatan Jawa Bali.
Dampak lainnya akan meningkatnya kepadatan penduduk jika ada jembatan penghubung.
BACA JUGA:Wow 191 Ribu Ponsel Akan di Shutdown Buntut IMEI Ilegal, Polisi Akan Lakukan Sosialisasi
Mereka yang dari Pulau Jawa bisa berduyun-duyun dari menuju Pulau Bali untuk mencari penghidupan.
Alam Pulau Dewata terkenal memiliki alam yang elok serta terjaga. Inilah magnetnya.
Pulau Bali masih belum terhubung dengan Pulau Jawa saja berduyun-duyun orang dari Pulau Jawa ke Pulu Bali untuk mengadu nasin.
Logis sekali jika akhirnya banyak masyarakat Bali khawatir jika perpindahan penduduk begitu besar, maka penduduk itu akan merusak keindahan alam pulau mereka.
BACA JUGA:Tips Menyimpan Obat Keluarga yang Benar di Rumah dan Cara Membuang Sampah Obat
Jadi itulah dasar kuat Jembatan Jawa-Bali sulit terwujud .
Masyarakat Bali ingin terus melestarikan tanah dan budaya leluhur lainnya, supaya tempat mereka tinggal dan hidup bisa terus lestari.
Jadi ‘wayahna’ jika wisatawan yang ingin berkunjung ke Pulau Dewata hanya bisa mengakses dua jalur.
Pertama melalui udara atau penerbangan pesawat. Kedua melalui jalur darat yang kemudian dilanjutkan menyeberang dengan Kapal Ferry.
BACA JUGA:Panji Gumilang Jadi Tersangka Kasus Penistaan Agama, Terancam 10 Tahun Penjara
Menyikapi wacana pembangunan Jembatan Jawa Bali, Persatuan Hindu Darma Indonesia, Kabupaten Jembrana, ternyata menyatakan sudah mengkaji masalah ini sebelum adanya penolakan tersebut.
Dari pertimbangan ada kesimpulan yakni jika pembangunan Jembatan Jawa-Bali disetujui, posisi jembatan akan lebih tinggi dari lautan dan daratan.