3. Ketidakstabilan Karir
Situasi ekonomi yang tidak stabil dan perubahan dalam dunia kerja telah menciptakan tantangan baru bagi anak milenial.
Mereka sering menghadapi kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan minat mereka, dan pekerjaan seringkali bersifat kontrak atau tidak tetap.
Ketidakstabilan karir ini menyebabkan perasaan tidak aman tentang masa depan dan ketidakpastian tentang bagaimana mencapai kesuksesan.
4. Perubahan Sosial dan Nilai
Anak milenial sering menghadapi perubahan dalam nilai-nilai sosial dan budaya. Beberapa norma sosial tradisional telah berubah, termasuk dalam hal perkawinan, keluarga, dan tujuan hidup.
Pergeseran ini dapat menciptakan kebingungan dan perasaan keterasingan dari generasi sebelumnya atau bahkan dari rekan seumur mereka, yang memperburuk perasaan isolasi dan kesepian.
BACA JUGA:2 Bakat Terbesar Persib Ditemukan Senior Bojan Hodak di Persib dengan Cara Unik dan Terbukti Jitu
5. Beban Kerja dan Keseimbangan Hidup
Anak milenial sering bekerja lebih banyak dan lebih keras, berusaha untuk memenuhi harapan perusahaan dan meraih kesuksesan.
Beban kerja yang berat dan kurangnya keseimbangan antara hidup dan pekerjaan dapat menyebabkan stres, kelelahan, dan kelelahan fisik dan emosional.
Ketika keseimbangan ini terganggu, dapat mempengaruhi kesejahteraan mental dan fisik mereka.
6. Stigma Terhadap Kesehatan Mental
Meskipun kesadaran tentang kesehatan mental telah meningkat, stigma terhadap masalah kesehatan mental masih ada di banyak masyarakat.
Beberapa anak milenial mungkin merasa enggan mencari bantuan atau berbicara tentang perasaan depresi mereka karena takut dianggap lemah atau dikecam oleh orang lain.
Stigma ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental yang tidak diobati dan dapat memperburuk kondisi depresi.