RADARTASIK.COM - Short Message Service (SMS) masih menjadi salah satu pilihan utama dalam berkomunikasi secara efektif di kalangan terbatas.
Data dari firma riset Populix pada tanggal 12 Agustus 2022 menunjukkan bahwa warga Indonesia semakin mengandalkan koneksi internet untuk berkomunikasi sehari-hari.
Meskipun begitu, SMS masih digunakan oleh sebagian kecil pengguna.
SMS pertama kali dikembangkan pada tahun 1984 oleh dua insinyur Jerman, Friedhelm Hillebrand dan Bernard Ghilebaert.
BACA JUGA: Kisah Lucu Abu Nawas Sarankan Beli 3 Ekor Domba kepada Pria yang Mengeluh Rumahnya Sempit
Saat itu, opsi komunikasi terbatas hanya pada panggilan telepon, telegram, dan pos udara.
Para insinyur mencoba menciptakan sistem yang memungkinkan pengiriman pesan tertulis melalui jaringan telepon dengan menggunakan kapasitas ponsel yang tidak terpakai berdasarkan standar Global System for Mobile Communications (GSM).
Delapan tahun setelah pengembangan dimulai, tepatnya pada tahun 1992, SMS pertama dikirim menggunakan komputer pribadi dan handset Orbitel 201 melalui jaringan VODAFONE GSM.
Pada tahun 2014, bisnis pesan SMS global dilaporkan bernilai lebih dari US$100 miliar, dan sekitar 50 persen dari semua pendapatan yang dihasilkan oleh pesan seluler.
BACA JUGA: Luka Romero Cetak Gol Indah, AC Milan Keok Ditangan Real Madrid 3-2
Meskipun SMS pernah menjadi metode komunikasi andalan di Indonesia, saat ini teknologi tersebut tergusur oleh aplikasi pesan instan berbasis internet seperti WhatsApp dan Telegram.
Namun, SMS masih memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan pemerintahan untuk menjangkau pelanggan dan konstituen melalui pemasaran digital dan kegiatan informasi publik.
SMS terbukti lebih efektif daripada email dalam hal tingkat pembukaan dan klik, serta tingkat baca pesan yang lebih tinggi.
SMS juga menjadi pilihan efisien untuk mengabaikan keranjang belanja, menjawab pertanyaan layanan pelanggan, dan mempromosikan penjualan produk baru.